Bapak Pembangunan yang Ajarkan Qiyamul Lail

Adalah Ustaz Ibnu Juraimi yang mendapat julukan sebagai “Bapak Pembangunan”.

Republika/Prayogi
Ilustrasi Sholat. (Republika/ Prayogi )
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Suprapto Ibnu Juraimi merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah yang sangat istiqamah melakukan qiyamul lail atau shalat malam. Dia juga mendidik murid-muridnya untuk selalu mengamalkan shalat malam secara berjamaah. 

Baca Juga


Terkait pendidikan qiyamul lail ini, Ustaz Ibnu Juraimi sampai mendapat julukan sebagai “Bapak Pembangunan”. Pasalnya, sebelum shalat malam itu dimulai, ia selalu mendatangi kamar-kamar untuk membangunkan santri-santrinya untuk shalat tahajud dengan ucapan,

“Qum, qum, qum....bangun, bangun, banguun……!

Amalan yang diajarkan Ustaz Ibnu Juraimi ini memiliki ciri khasnya sendiri. Saat melaksanakan qiyamul lail berjamaah, rakaatnya berlangsung lama, demikian juga duduk tahiyat awalnya. Bahkan, tahiyat akhirnya lebih lama lagi. Sedangkan bacaan surat al-Fatihah dan ayat-ayat Alquran yang dibacanya seperti tidak ada intonasi, datar seperti orang bertutur dan seperti orang memberi nasihat. Shalat malam yang demikian ini memberi kesan khusus bagi siapa saja yang pernah menjadi makmumnya.

Pada 2021 lalu, Radio Muhammadiyah melakukan wawancara bersama puteri pertama Ustaz Ibnu Juraimi, Dwi Masyitoh. Meski ayahnya seorang pendakwah yang biasa berdiaspora dari kampung ke kampung, tapi ketika di dalam rumah lebih banyak mengajarkan anak-anaknya lewat laku kehidupan sehari-hari seperti kebiasaan disiplin shalat wajib.

Bagi Ustaz Ibnu Juraimi, jika shalat sunnah sudah menjadi kebiasaan, maka menjalankan shalat wajib akan menjadi kebutuhan. Kebiasaannya menunaikan shalat dhuha dan tahajud ini memang telah masyhur di kalangan murid-muridnya. Hal ini dikonfirmasi salah seorang santri Ustaz Ibnu Juraimi, Abdul Muin.

Abdul Muin mengatakan bahwa berceramah merupakan satu dari sekian aktivitas yang paling digemari Ibnu Juraimi. Upaya tak kenal henti menyampaikan pesan dan menyebarkan syiar di berbagai tempat tidak membuat sosok Ibnu Juraimi ini terjebak dalam logika materi. Tindakan pemasangan tarif, justru berpotensi merusak citra dakwah. Kepada setiap muridnya, termasuk Abdul Muin, Ibnu Juraimi selalu menegaskan bahwa berdakwah itu bukan berbisnis!

“Pak Kiai selalu bilang seperti ini, ikhlaskan niatmu ketika berdakwah! Sebelum kamu keluar dari pesantren ini, niat diperbaiki, dan ketika pulang jangan lihat amplopnya. Jangan kecewa juga bila tidak dapat imbalan duniawi, dan jangan bahagia bila amplopnya tebal,” kata Abdul Muin dalam wawancara bersama Radio Muhammadiyah.

Dalam kiprahnya, Ustaz Ibnu Juraimi pernah menjadi guru dan direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, pengelola Pesantren Muhammadiyah Palu, Mudir Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM), dan pengurus Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Sosok yang memiliki idealisme tinggi ini merupakan seorang dai, motivator, dan layak menjadi panutan hidup bagi generasi dai muda. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler