Efek BBM, Harga-Harga Naik Diprediksi Normal di Bulan Ketiga
Kenaikan harga bahan pangan otomatis menurunkan daya beli masyarakat.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Iit Septyaningsih, Zainur Mahsir Ramadhan
Kenaikan harga bahan pangan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dipastikan akan terjadi. Ongkos transportasi pengiriman sayuran dari Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, ke berbagai kawasan di Ibu Kota segera naik menyesuaikan kenaikan harga BBM.
Salah satu sopir pengantar sayuran, Bayu mengatakan, dirinya beserta rekan-rekannya yang lain masih menghitung besaran kenaikan harga jasa pengiriman sayuran tersebut. "Biasanya kalau ke Tanah Tinggi itu sekali berangkat Rp 500 ribu, untuk saat ini kita perkirakan naik paling Rp 550 ribu," kata Bayu, Senin (5/9/2022).
Bayu menambahkan, apabila upaya bertahan dengan harga saat ini tidak sebanding dengan besarnya pengeluaran yang dibutuhkan untuk membeli bensin. Dia mengatakan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi seperti Pertalite yang sekarang menjadi Rp 10 ribu per liter mulai dirasakan.
"Iya sudah mulai terasa, dari kita pengisian Pertalite saja, yang biasanya Rp 100 ribu kita dapat banyak, sekarang cuma 10 liter. Otomatis kita harus nambah lagi 25 persen," ujar Bayu.
Hal serupa juga disampaikan sopir pengantar sayur lainnya, Rafles Siababan. Dia mengatakan kenaikan harga BBM juga akan berdampak terhadap harga kebutuhan pokok.
Saat ini para sopir masih melakukan koordinasi dengan para pedagang untuk kenaikan harga tersebut. "Mungkin pedagangnya belum terbiasa menaikkan ongkos dan perlahan nanti mulai mengerti," ujar Rafles.
Sementara di Bali, pedagang bahan dapur di Pasar Badung, Denpasar, mengungkapkan harga sejumlah bahan mengalami kenaikan secara serentak. "Sejak dua hari lalu harga BBM naik, cabai kecil, cabai keriting, lombok besar, bawang merah dan bawang putih ikut naik," kata Komang Widiasih (31) salah satu pedagang bahan dapur di Pasar Badung Denpasar, Senin.
Widiasih menuturkan, sejak dua hari lalu kenaikan harga berlangsung serentak. Seperti bawang merah dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu, cabai rawit dan cabai besar dari Rp 40 ribu menjadi Rp 43 ribu.
Pedagang yang mengambil barang langsung dari petani daerah seperti di Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng ini mengaku kenaikan harga secara serentak umum terjadi akibat adanya kenaikan harga BBM. Menurutnya dampak dari kenaikan BBM merupakan hal yang masih wajar, meskipun setiap adanya kenaikan harga akan berimbas langsung terhadap penjualannya.
"Kenaikan harganya cepat tapi naiknya sedikit demi sedikit, rata-rata naik mulai Rp 1.000 tidak langsung tinggi. Kalau pembeli tidak berkurang tapi daya belinya menurun, dari yang beli satu kilogram menjadi setengah kilogram. Jadi kalau biasa sehari dapat Rp 1,5 juta sekarang Rp 1 juta," ujar Widiasih.
Sektor UMKM juga dipastikan harus beradaptasi akibat kenaikan harga BBM. Ketua Umum Asosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri) Hermawati Setyorinny menyatakan, harga produk terpaksa berubah karena ada dampak di ongkos produksi.
"Setelah kenaikan harga elpiji nonsubsidi yang juga digunakan pelaku usaha mikro kenaikan daya tarif listrik juga kenaikan bahan pokok termasuk telur, sekarang BBM. Itu sangat berdampak pada ongkos produksi yang mau tidak mau harus dinaikkan," ujar Hermawati kepada Republika, Senin (5/9/2022).
Kondisi UMKM, kata dia, semakin tertekan karena daya beli masyarakat menurun. Ia menuturkan, pelaku UMKM khususnya mikro berkali-kali dihajar dengan kondisi yang tidak bisa dihindari, sehingga siap tidak siap harus dapat menghadapinya.
"Seperti buah simalakama, harus ditelan meskipun pahit. Strategi harus dilakukan, ada yang mencari solusi mengganti bahan alternatif lebih murah atau mengurangi jumlah besar kecil barang produksi," jelasnya.
Dirinya melanjutkan, ada pula yang rela menerima keuntungan minim. Solusi terakhir, sambung dia, mau tidak mau harus menaikkan harga meski sedikit.
"Namun jika harga dinaikkan otomatis akan berdampak juga pada daya beli masyarakat. Artinya pendapatan UMKM akan turun," kata dia.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyatakan pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga komoditas. "Kita harapkan (kenaikan) harga energi ini tidak menjalar ke harga barang yang lain," katanya.
Suahasil menuturkan kenaikan harga BBM pasti akan berimplikasi pada kenaikan harga-harga komoditas lain termasuk kebutuhan pokok masyarakat. Peningkatan pada harga komoditas lain ini biasanya akan mencapai level tertinggi pada bulan pertama setelah kenaikan harga BBM yang berlanjut pada bulan kedua dan kembali normal pada bulan ketiga.
Meski demikian, Suahasil menegaskan pemerintah akan berupaya meredam tekanan yang diterima masyarakat akibat adanya kenaikan harga komoditas ini. Upaya tersebut dilakukan dengan tambahan bantuan sosial sebesar Rp 24,17 triliun dari pengalihan subsidi BBM untuk menjaga daya beli masyarakat yang terdampak lonjakan harga kebutuhan pokok.
Bentuk bantuan Rp 24,17 triliun ini meliputi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp 12,4 triliun, Bantuan Subsidi Upah (BSU) Rp 9,6 triliun, dan subsidi transportasi Rp 2,17 triliun dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH) bagi angkutan umum, ojek dan nelayan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu memproyeksikan kenaikan BBM akan mendorong inflasi Indonesia tahun ini berada di kisaran 6,6 persen sampai 6,8 persen. "Kita sudah hitung 1,9 persen dampaknya dari kenaikan BBM ke inflasi. Kisarannya (tahun ini) inflasi akan ada di 6,6 persen sampai 6,8 persen," katanya di Kompleks DPR RI di Jakarta, Senin.
Febrio menuturkan proyeksi inflasi tahun ini yang akan mencapai 6,6 persen sampai 6,8 persen melebihi target pemerintah sebesar 4 persen sampai 4,8 persen. Ia menjelaskan proyeksi inflasi Indonesia tahun ini sebesar 6,6 persen sampai 6,8 persen karena adanya kenaikan harga BBM akan menyumbang inflasi sebesar 1,9 persen.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi hingga Agustus 2022 sebesar 4,69 persen (yoy) yang turun dari bulan sebelumnya sebesar 4,94 persen (yoy). Febrio menegaskan pemerintah akan terus menjaga tingkat inflasi Indonesia hingga akhir tahun agar mampu tetap di bawah 7 persen melalui terjaganya distribusi dan harga pangan.
"Sampai akhir tahun kita berusaha akan tetap menjaga dengan semua kombinasi tadi yaitu harga pangan terjaga dan distribusinya ada sehingga harapannya (inflasi) bisa di bawah 7 persen di akhir tahun," jelas Febrio.
Pemerintah pada Sabtu (3/9/2022) menaikkan harga BBM Pertalite menjadi Rp 10 ribu per liter dari Rp 7.650 per liter, harga Solar dari Rp 5.150 rupiah per liter menjadi Rp 6.800 per liter serta harga Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Kenaikan ini dilakukan karena pemerintah mengalihkan subsidi BBM menjadi bantuan sosial mengingat besaran subsidi dan kompensasi energi telah mencapai Rp 502,4 triliun meliputi subsidi energi Rp 208,9 triliun dan kompensasi energi Rp 293,5 triliun.
Sementara di Jakarta, kenaikan harga BBM diprotes kelompok mahasiswa yang tergabung dalam PMII, HMI dan GPI. “Telah mati nurani presiden Jokowi,” kata salah satu orator PMII di lokasi.
Berdasarkan pantauan Republika, kelompok mahasiswa mulai memadati kawasan Patung Kuda sejak pukul 13.45 WIB. Mereka, datang dari sekitaran Medan Merdeka Selatan dan Barat. Alhasil, jalanan dari Thamrin dan Medan Merdeka Selatan menuju Istana di Jalan Medan Merdeka Utara, dialihkan ke arah Jalan Budi Kemulyaan.
Para mahasiswa yang jumlahnya ratusan, datang secara bergiliran dengan berbagai warna dan beberapa mobil komando. Mereka mengancam, jika tuntutan harga BBM itu tidak ditanggapi, para mahasiswa akan menggelar aksi yang lebih besar.
Mereka menyebut, Jokowi-Ma’ruf sebagai pemimpin zalim dan membuat Indonesia kian mundur. “Kami membawa suara masyarakat dengan satu tujuan yang sama, menggugat kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Membuat rakyat sengsara,” tuturnya.
“Katanya kita hidup di negara yang makmur, berbagai macam aspek kehidupan ada, tetapi nyatanya pemerintah tidak mampu menjaga bahan bakar,” lanjut orator dari atas mobil komando.