Nama Asli Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah Sahabat yang sangat zuhud.

Dok Republika.co.id
Nama Asli Sahabat Abu Bakar. Foto: Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Rep: Rossi Handayani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sahabat Rasulullah ﷺ, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu menjadi khalifah pada 11-13 hijriah. Beliau termasuk orang yang awal masuk ke dalam islam.

Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Dr Utsman bin Muhammad al-Khamis, Nama asli Abu Bakar ash-shiddiq Radhiyallahu Anhu adalah ‘Abdullah bin Utsman bin 'Amir bin ‘Amr bin Ka‘ab bin Sa‘ad bin Taim bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu-ai bin Ghalib bin Fihr (Ma'rifatush Shahabah). Fihr ini tidak lain adalah Quraisy.
Baca Juga


Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu menyatakan: “Allah Azza wa Jalla menurunkan nama untuk Abu Bakar dari langit, yaitu ash-Shiddiq.” Ali sendiri bersumpah akan pernyataannya ini. (HR Ath-thabrani).

 
Di samping itu, dari Abu Darda radhiyallahu anhu, ia bercerita, "Ketika aku sedang duduk-duduk bersama Nabi shalallahu alaihi wa sallam, tampak Abu Bakar datang sambil mengangkat bagian bawah pakaiannya hingga lututnya kelihatan.
 
Melihat hal itu, Nabi berkomentar, 'Temanmu ini (Abu Bakar) habis bertengkar'. Tidak lama kemudian, Abu Bakar mengucapkan salam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya antara diriku dan Ibnul Khaththab (Umar) terjadi suatu masalah kecil. Aku buru-buru memarahinya tadi, tetapi aku pun menyesalinya. Karena itulah aku meminta maaf kepadanya, namun ia menolak. Karena itu pula, aku datang menemuimu (untuk mengadukan masalah ini)'.
 
Beliau lalu bersabda, 'Allah Azza wa Jalla akan mengampunimu, hai Abu Bakar'. Beliau mengatakannya hingga tiga kali.
Sementara di pihak lain, rupanya Umar juga menyesal karena tidak
memaafkan Abu Bakar.
 
Karena itulah ia mendatangi rumah Abu Bakar dan bertanya kepada keluarganya, 'Apakah Abu Bakar ada?' Mereka menjawab, 'Tidak ada'.
 
Maka, Umar pun datang menemui Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan memberi salam.
Melihat kedatangannya, raut wajah Nabi shalallahu alaihi wa sallam berubah (karena marah) sampai-sampai Abu Bakar iba kalau-kalau beliau memarahi Umar. 
 
Abu Bakar pun berlutut dan memohon, 'Wahai Rasulullah, demi Allah, aku yang telah berbuat zhalim (kepada Umar)'. Abu Bakar mengatakannya hingga dua kali. Dalam kondisi demikian, beliau bersabda:
Allah Azza wa Jalla mengutusku kepada kalian kemudian kalian mengatakan, 'Engkau (Muhammad) dusta', namun Abu Bakar berkata, 'Ia (Muhammad) benar'. Ia telah melindungiku dengan diri dan hartanya. Bisakah kalian membiarkan Sahabatku ini bersamaku?' (Maksudnya tidak melukai hatinya).
Beliau mengatakannya dua kali. Maka, setelah kejadian ini, Abu Bakar tidak pernah disakiti lagi", sahih Bukhari.

Sementara itu, dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu Anhu, ia bercerita: "Suatu ketika Rasulullah ﷺ berkhutbah di hadapan orang-orang. Beliau bersabda:
إنَّ الله خيَّر عبدًا بين الدُّنْيا وبين ما عنده، فاختار ذلك العبد ما عند الله. قال: فبكى أبو بكر، فعجبنا لبكائه أن يخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم عن عبد خُيِّر، فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم هو المخَيَّر، وكان أبو بكر أعلمنا. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنَّ أمنَّ النَّاس علي في صحبته وماله أبو بكر، ولو كنت متخذًا خليلًا -غير ربِّي- لاتَّخذت أبا بكر، ولكن أخوة الإسلام ومودَّته. لا يبقين في المسجد باب إلا سُدَّ، إلا باب أبي بكر

'Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada pada-Nya. Lalu hamba itu memilih apa yang ada pada Allah Azza wa Jalla.' Tiba-tiba, Abu Bakar menangis. Kami pun heran karena tangisannya terhadap kabar yang disampaikan Rasulullah ﷺ tentang seorang hamba yang diberi pilihan itu. Ternyata, beliaulah hamba yang diberi pilihan tersebut, dan Abu Bakarlah satu-satunya orang yang mengetahui (akan hal itu) di antara kami. 
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: 'Sesungguhnya, di antara orang yang paling dermawan kepadaku dalam persahabatannya dan dalam (menginfakkan) hartanya adalah Abu Bakar. 
Seandainya aku dibolehkan untuk menjadikan kekasih selain Rabbku, niscaya akan kujadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Akan tetapi, persaudaraan dan kasih sayang dalam Islam itu lebih utama. Maka janganlah sampai ada satu pintu pun (kepemimpinan) di dalam masjid yang tidak ditutup, kecuali pintu Abu  Bakar." (Shahihul Bukhari)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler