Dewan Pakar BPIP: Mahasiswa Harus Waspadai Pengaruh Ideologi Transnasional
Di tengah dunia yang kian terbuka nilai baru lebih mudah menyebar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah dunia yang semakin terbuka akibat kemajuan teknologi informasi, nilai baru lebih mudah menyebar dari satu negara ke negara lain. Nilai baru tersebut masuk ke negara lain melalui propaganda ideologi transnasional yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal itu disampaikan Dewan Pakar Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri BPIP, Dr. Darmansjah Djumala, M.A. dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB), Unversitas Prabumulih, 13 September 2022.
Dalam paparannya yang bertajuk “Pancasila di Tengah Dinamika Politik Dunia: Implikasi terhadap Kebangsaaan di Perguruan Tinggi”, Djumala, yang pernah bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Polandia di Warsawa, Austria, dan PBB di Wina, menegaskan, politik dunia sekarang diwarnai oleh rivalitas 3 ideologi transnasional, yaitu liberal-capitalist, socialist-state capitalism, dan theocratic-Islamist.
Ketiga ideologi dunia itu bersaing berebut pengaruh di negara ketiga. Perebutan pengaruh inilah yang pada gilirannya memantik perang saudara dan perpecahan sesama anak bangsa.
Oleh karena itulah mahasiswa diminta untuk memahami dan mewaspadai pengaruh ketiga ideologi dunia itu. Sebab, negara-negara yang berkepentingan dengan tiga ideologi transnasional selalu berusaha dengan segala cara untuk mempengaruhi cara pikir (mind-set) generasi muda, termasuk mahasiswa.
Djumala, yang sebelumnya pernah menjabat Sekretaris Presiden/Kepala Sekretariat Presiden pada periode pertama Presiden Joko Widodo, menyatakan keyakinannya mahasiswa - dengan daya nalar yang tinggi dan pemahaman yang baik terhadap fenomena sosial-politik - mampu untuk memilah, menilai, dan memilih elemen dari ideologi dunia yang cocok dan relevan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pada bagian lain paparannya, Djumala mengungkapkan, Pancasila sendiri sudah teruji dengan dinamika politik global. Manakala dunia dilanda perubahan lansekap politik yang drastis, seperti berakhirnya Perang Dingin, runtuhnya Tembok Berlin, Tragedi 11 September, dan gerakan demokratisasi Arab Spring yang berakibat kehancuran negara dan perpecahan bangsa akibat perang saudara, Indonesia tetap utuh berdiri sebagai negara bangsa dalam bingkai negara kesatuan. Hal itu tidak lain karena Indonesia tetap berpegang teguh pada ideologi Pancasila.
Di hadapan mahasiswa baru dan para dosen Unpra, Djumala menghimbau pihak civitas akademika Unpra untuk terus menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kampus. Hal itu tidak sulit dilakukan karena sejatinya nilai Pancasila sudah embeded dan built-in di dalam hati sanubari insan Indonesia.
Ketika terjadi pandemi, misalnya, karena tergerak oleh hati nurani kemanusiaan banyak kelompok masyarakat bergerak secara mandiri memberi bantuan makanan, obat-obatan dan sembako bagi masyarakat yang tidak mampu. Itulah sebenarnya nilai Pancasila: gotong royong.
Disarankan oleh Djumala, untuk menyemai nilai Pancasila di kalangan mahasiswa perlu kiranya dibuatkan kegiatan yang lebih partisipatif dan program-oriented bagi mahasiswa.
Program KKN-Pancasila, yang melibatkan mahasiswa dalam program kuliah kerja nyata dengan fokus membantu masyarakat kelas bawah meningkatkan ekonomi ekonomi desa, bisa dijadikan salah satu cara untuk menyemaikan dan mengembangkan nilai Pancasila di kalangan mahasiswa.