Biarkan Orang Lain Menangisi Kematian Kita, Sementara Kita Tertawa Bahagia Menghadapinya
Ketika lahir, keluar dari rahim ibu, pada umumnya kita menangis menjerit-jerit, sementara orang lain menyambutnya dengan penuh bahagia. Kondisi yang harus kita bayangkan adalah, apakah kondisi ketika kita keluar, meninggalkan dunia ini akan sama sep
Mari kita renungi kehidupan kita sejak lahir ke dunia ini sampai hari ini, dan membayangkan apa yang akan terjadi ketika kematian menjemput kita. Ketika kita lahir ke dunia ini, begitu keluar dari rahim ibunda, pada umumnya kita menangis menjerit-jerit, sementara orang-orang di sekitar ibunda kita menyambut riang kehadiran kita seraya penuh gelak tawa.
Kondisi yang harus kita bayangkan adalah, apakah kondisi kita ketika meninggalkan dunia ini akan sama seperti ketika kita baru lahir ke dunia ini? Apakah orang-orang akan riang seraya penuh gelak tawa mengantarkan kepergian kita meninggalkan dunia ini?
Mereka merasa senang dengan ketiadaan diri kita. Mereka merasa bebas dari kekejian selama hidup; sedangkan diri kita menangis menghadapi kematian yang begitu menyakitkan. Pedih pilu karena tak ada bekal amal kebaikan, menghadapi azab akibat dosa sudah ada di depan mata sampai hari pembalasan datang.
Alangkah beruntungnya jika keadaan kita terbalik seratus delapan puluh derajat. Ketika kita menghadapi kematian, meninggalkan kehidupan dunia ini, kita bahagia, tersenyum, dan tertawa mengahadapinya, sementara orang-orang di sekitar kita menangisi kepergian kita.
Kebahagiaan ketika meninggalkan dunia ini hanya dapat diraih manakala kita benar-benar telah menanam berbagai kebaikan sebagai bekal hidup setelah kematian. Kita melakukan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya seraya kita telah menanam jasa baik kepada setiap orang, sehingga ketika kita pergi meninggalkan kehidupan ini, mereka merasa kehilangan, bersedih, dan mendo’akan kebaikan untuk diri kita.
Kini, pilihannya kembali kepada diri kita masing-masing, apakah ketika kita menghadapi kematian, meninggalkan dunia ini, kondisi kita akan seperti ketika kita lahir dari rahim ibunda, atau kita memilih orang lain menangisi kematian kita, sementara kita tertawa bahagia menghadapinya?