Sidebar

Ibnu Khaldun, Ilmuwan Andalusia Abad Pertengahan

Thursday, 29 Sep 2022 20:45 WIB
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

IHRAM.CO.ID,  Ibnu Khaldun lahir di Tunis pada 27 Mei 1332 M atau 1 Ramadhan 732 H. Nenek moyangnya berasal dari Yaman yang bermigrasi ke Seville (Spanyol) pada abad kedelapan Masehi, sesudah kawasan di Semenanjung Iberia itu ditaklukkan oleh daulah Islam. Karena itu, sosiolog yang juga ahli sejarah itu kerap digolongkan sebagai ilmuwan Andalusia abad pertengahan.

Baca Juga


Dalam autobiografinya, At-Ta'rif bi Ibn al- Khaldun, ia menyebut bahwa dirinya memiliki nasab yang bersambung pada seorang sahabat Nabi Muhammad SAW asal Hadhramaut, Hujr bin Adi. Sebelum Ibnu Khaldun lahir, kakek dan bapaknya menduduki jabatan penting di republik (taifa) Seville, Andalusia.

Pada 1248 M, kerajaan-kerajaan Kristen Spanyol di bawah bendera penaklukan kembali (Reconquista) menyerbu taifa tersebut. Sejak saat itu, keluarganya hijrah dari Iberia menuju ke Tunisia.

Kala itu, negeri di pesisir Afrika Utara tersebut di kuasai Dinasti Hafshiyun. Raja setempat lalu mengakui keluarga Ibnu Khaldun sebagai golongan bangsawan.

Terbukti, beberapa dari mereka diberikan posisi penting di kerajaan itu. Akan tetapi, bapak dan kakek Ibnu Khaldun belakangan memutuskan untuk meninggalkan jabatan politik untuk terjun ke dunia sufi.

Sejak terlahir ke dunia, Ibnu Khaldun sudah hidup dalam komunitas kelas atas. Karena itu, ia menikmati berbagai kemudahan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri. Darinya, ia belajar membaca dan menghafalkan Alquran. Anak lelaki ini juga memperoleh dasar-dasar ilmu gramatika bahasa Arab, fikih, dan sejarah Islam.

Umumnya, medio abad ke-13 M diwarnai berbagai prahara di dunia Islam. Di belahan barat, Andalusia telah menjadi wilayah kekuasaan Kristen. Reconquista menyebabkan umat Islam dan Yahudi di Iberia harus menghadapi pilihan sulit: mati dibunuh Salibis-ekstrem atau dipaksa murtad dari agama mereka.

Di belahan timur, Kekhalifahan Abbasiyah tidak kuasa menahan serangan bangsa Mongol. Pada 1258--sekitar 75 tahun sebelum kelahiran Ibnu Khaldun--Baghdad disapu balatentara Hulagu Khan.Ibu kota Abbasiyah itu luluh lantak dan tidak pernah bersemi lagi.

Sejak 1248, gelombang pengungsi Muslimin mulai meninggalkan Spanyol. Sebagian menuju ke Afrika Utara, termasuk Tunisia. Di antara para pelarian itu, terdapat kaum cerdik cendekia. Oleh Pemerintah Hafshiyun, mereka diterima dan diperlakukan dengan baik.

Ibnu Khaldun kecil diuntungkan dengan situasi demikian. Sebagai seorang anak bangsawan, ia dapat memasuki sekolah yang terbaik di Tunisia. Di sana dirinya menimba ilmu-ilmu agama dan umum dengan bimbingan para pengajar setempat. Banyak dari mereka yang berasal dari kaum pengungsi Andalusia.

Beberapa gurunya yang turut mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah Abu al-'Abbas Ahmad bin Muhammad al-Bathani dalam ilmu membaca Alquran (qira'at); Abu `Abdillah Muhammad bin Bahr dalam ilmu gramatika Arab; Abu Muham mad bin Abdul Muhaimin al-Hadhramy dalam ilmu hadis; serta Abdullah Muhammad bin Abdussa lam dalam ilmu fikih. Dari Abu Abdillah M u hammad al-Abili, dirinya mendapatkan pengetahuan soal filsafat, logika, matematika, dan astronomi.

Secara tiba-tiba, ujian besar melanda hidupnya.Saat berusia 17 tahun, Ibnu Khaldun menyaksikan negeri tempatnya tinggal dilanda wabah penyakit pes.Dalam skala masif, pandemi itu menyebar di sebagian besar Benua Eropa, Afrika Utara, dan kawasan Syam.

Fenomena yang tercatat dalam literatur Barat sebagai The Black Death itu menelan nyawa ribuan orang, termasuk orang tua dan para guru Ibnu Khaldun.Beruntung, ia selamat dari sapuan wabah tersebut.

Berita terkait

Berita Lainnya