Ibu Minum Parasetamol Saat Hamil, Bayinya Kelak Cenderung Susah Tidur
Konsumsi parasetamol saat kehamilan ada kaitannya dengan kebiasaan tidur bayi kelak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama mengandung, ibu hamil mungkin mengonsumsi parasetamol karena berbagai alasan. Menurut studi terbaru, minum obat penghilang rasa sakit itu dapat memicu efek tertentu, yakni kaitannya dengan kebiasaan tidur bayi yang dilahirkan.
Pada uraian medis yang diterbitkan di PLOS One, para ahli mengatakan bahwa bayi yang terpapar asetaminofen di dalam rahim lebih mungkin mengalami masalah tidur dan rentang perhatian. Asetaminofen adalah istilah medis untuk parasetamol.
Tim periset menggunakan data dari First Baby Study (FBS) yang mengamati sejumlah ibu hamil di Pennsylvania, Amerika Serikat. Selama kehamilan, para perempuan diwawancarai untuk menentukan untuk apa dan kapan mereka mengonsumsi parasetamol.
Berdasarkan data yang ada, alasan utama konsumsi parasetamol pada ibu hamil yakni demam, infeksi, nyeri otot, dan sakit kepala. Pedoman kesehatan dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menyatakan bahwa parasetamol aman dikonsumsi selama kehamilan dan periode menyusui pada dosis yang dianjurkan.
Akan tetapi, para ahli di AS mengatakan bahwa dokter harus hati-hati dalam menimbang aspek positif dan negatif terkait rekomendasi asetaminofen atau ketika meresepkannya untuk ibu hamil. Pasalnya, penggunaan obat-obatan telah terbukti mengganggu perkembangan sel yang berisiko mengakibatkan kerusakan plasenta dan perubahan perkembangan janin.
Pada studi terbaru hanya diungkap bahwa ibu hamil yang mengonsumsi parasetamol bisa membuat bayinya kelak lebih sulit tidur dan memusatkan perhatian. Namun, penelitian tidak memantau penggunaan pil selama beberapa pekan terakhir kehamilan.
Selain itu, para ahli telah memperingatkan bahwa penelitian yang dilakukan tidak berarti konsumsi parasetamol dalam kehamilan pasti menyebabkan perubahan pada anak-anak. Salah satu pandangan disampaikan oleh profesor farmakologi klinis di Institut Penelitian Medis Queen, Universitas Edinburgh, James Dear.
"Kelemahan utama yang diakui oleh para penulis adalah mereka tidak mengetahui dosis atau durasi penggunaan parasetamol. Jika parasetamol menyebabkan masalah perhatian dan tidur pada keturunan, maka harus ada hubungan dosis-respons. Makalah ini tidak dapat mengujinya," ungkap Dear.
Dear menbutkan, British National Formulary (BNF) menyatakan bahwa parasetamol pada kehamilan tidak berbahaya. Royal College of Obstetrics and Gynecology pun menyatakan bahwa parasetamol adalah opsi analgesik alias pereda nyeri dalam kehamilan.
Seperti halnya obat apa pun yang diminum selama kehamilan, parasetamol harus digunakan hanya sesuai kebutuhan, pada dosis efektif terendah, dan untuk waktu yang sesingkat-singkatnya. Jika mengikuti ketentuan itu, tidak akan ada masalah berarti.
Pakar psikopatologi perkembangan University of Bath, Graeme Fairchild, mengatakan ibu hamil tidak perlu terlalu khawatir tentang temuan makalah tersebut. Jika memang dibutuhkan, mereka harus terus minum parasetamol karena efek yang dicemaskan belum tentu terjadi.
Fairchild mengatakan ada perbedaan samar antara dua kelompok anak dengan masalah tidur dan masalah perhatian dalam studi. Itu dapat pula dijelaskan oleh tingkat stres yang lebih tinggi pada ibu. Mereka juga lebih mungkin mengonsumsi obat bebas jenis lain.
"Paparan stres prenatal terhadap ibu bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental pada keturunannya dan memiliki konsekuensi untuk perkembangan otak di dalam rahim," kata Fairchild, dikutip dari laman The Sun, Kamis (29/9/2022).