Dokter Paru Ungkap Dampak Paparan Gas Air Mata

Gas air mata digunakan dalam penanganan kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan.

Tangkapan layar
Foto tangkapan layar twitter suasana tribun penonton yang tersaput asap gas air mata7d8 Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10). 129 penonton tewas akibat sesak nafas dan terinjak massa pada kerusuhan ini.
Rep: Dian Fath Risalah, Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi paru, Prof Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan secara umum gas air mata dapat menimbulkan dampak pada kulit, mata, dan saluran napas, serta paru. Gas air mata mengandung bahan kimia yakni, chloroacetophenone (CN), chlorobenzylidenemalononitrile (CS), chloropicrin (PS), bromobenzylcyanide (CA), dan dibenzoxazepine (CR).

"Untuk gejala akutnya di paru dan saluran napas dapat berupa dada berat, batuk, tenggorokan seperti tercekik, batuk, bising mengi, dan sesak napas," jelas Prof Tjandra dalam keterangannya, Ahad (2/10/2022).

Baca Juga


Pada keadaan tertentu, menurut Prof Tjandra, dapat terjadi gawat napas (respiratory distress). Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI tersebut menjelaskan paparan gas air mata pada orang dengan penyakit asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat memicu serangan sesak napas akut.

"Bukan tidak mungkin itu berujung pada gagal napas respiratory failure," kata Prof Tjandra.

Selain di saluran napas, gejala lain adalah rasa terbakar di mata, mulut dan hidung. Gas air mata juga dapat membuat pandangan kabur dan kesulitan menelan.

"Juga dapat terjadi semacam luka bakar kimiawi dan reaksi alergi," ucap Prof Tjandra yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prof Tjandra mengatakan, meskipun dampak utama gas air mata adalah dampak akut yang segera timbul, ternyata pada keadaan tertentu dapat terjadi dampak kronis alias berkepanjangan. Hal ini terutama kalau paparan berkepanjangan dalam dosis tinggi dan apalagi kalau di ruangan tertutup.

Dikutip dari keterangan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, gas air mata adalah adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan kerusuhan atau membubarkan massa. Senyawa dari gas air mata adalah chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS).

Efek yang muncul pada mata, adalah produksi air mata yang berlebihan, rasa terbakar, pandangan buram, dan mata merah. Pada hidung, gas air mata menyebabkan ingus yang berlebih, rasa terbakar, dan pembengkakan.

"Saat terkena area mulut, gas air mata menyebabkan rasa terbakar, iritasi, kesulitan menelan dan air liur berlebih," jelas CDC.

Sementara bila terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, gas air mata menyebabkan sesak dada, batuk-batuk, sensasi tercekik, napas pendek, dan napas berbunyi. Pada kulit, gas air mata bisa menyebabkan ruam hingga luka bakar

Selain itu, gas air mata juga bisa menyebabkan mual dan muntah. Bila terkena dalam waktu yang lama gas air mata bisa menyebabkan efek yang lebih serius.

Gas air mata digunakan aparat saat membubarkan suporter yang rusuh di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Berdasarkan data Polres Malang, jumlah korban meninggal dunia menjadi 129 orang.

Insiden berawal ketika suporter Arema memaksa masuk ke lapangan usai tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya dalam laga Liga 1 2022/2023. Bentrok pun tak bisa dihindari dan polisi menghalaunya dengan melepaskan tembakan gas air mata.

Tembakan gas air mata diduga membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernapas. Banyaknya suporter yang membutuhkan bantuan medis tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler