Sedikitnya 17 Anak Meninggal, Keluarga Diminta Lapor Jika Anaknya Hilang di Kanjuruhan
Beberapa anak yang jadi korban tragedi Kanjuruhan belum diketahui identitasnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengimbau keluarga yang kehilangan anak-anaknya dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, agar melapor. Hingga Ahad (2/9/2022) siang, sebanyak 129 orang kehilangan nyawa akibat kerusuhan suporter dalam kekalahan pertama bagi Arema FC sejak 23 tahun terakhir.
"Diimbau yang kehilangan anggota keluarganya, termasuk anak-anak yang menonton atau ada di sekitar tempat kejadian, agar melapor dan menginformasikan data anak atau keluarganya yang hilang," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KPPPA, Nahar, saat dihubungi di Jakarta, Ahad.
Menurut Nahar, ada beberapa anak yang menjadi korban insiden berdarah itu belum diketahui identitasnya. Ia mengatakan hingga saat ini, sedikitnya ada 17 anak yang meninggal dan tujuh anak mengalami luka-luka.
"Data yang masuk, 17 anak meninggal dan tujuh dirawat, tapi kemungkinan bisa bertambah," kata Nahar.
Anak-anak yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut kebanyakan berusia antara 12 tahun hingga 17 tahun. Pihaknya bersama Dinas PPPA Provinsi dan Kota Malang masih terus memastikan jumlah anak yang meninggal serta korban luka-luka yang memerlukan perawatan fisik dan psikis lanjutan.
"Kami terus memastikan data berapa anak yang meninggal, yang luka, dan perlu perawatan fisik dan psikis lanjutan," kata Nahar.
Sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi berdarah usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. Kericuhan terjadi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya. Ribuan Aremania merangsek masuk ke area lapangan setelah Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.