Ukraina Berhasil Rebut Kota Lyman dari Rusia
Lyman merupakan pusat logistik dan transportasi pasukan Rusia di utara.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pasukan Ukraina disebut telah berhasil merebut kota Lyman dari kendali tentara-tentara Rusia. Lyman merupakan pusat logistik dan transportasi pasukan Rusia untuk operasinya di utara Donetsk.
“Pada (pukul) 12.30, Lyman sepenuhnya dibebaskan,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah video singkat yang diunggah di akun Telegram-nya, Ahad (2/10/2022).
Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan, keberhasilan pasukan Ukraina menguasai kembali Lyman dapat membuka pintu bagi Kiev untuk merebut lebih banyak wilayah yang kini berada di bawah kontrol Rusia. “Pembebasan kota ini (Lyman) di wilayah Donetsk adalah salah satu faktor kunci untuk de-okupasi lebih lanjut dari wilayah Luhansk,” ucapnya lewat akun Telegram-nya.
Luhansk dan Donetsk memang bertetangga. Sementara itu, pada Sabtu (1/10/2022) lalu, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia mengatakan, mereka telah menarik pasukannya dari Lyman. “Sehubungan dengan terciptanya ancaman pengepungan, pasukan sekutu ditarik dari pemukiman Krasny Lyman ke jalur yang lebih menguntungkan,” ungkap Kemenhan Rusia.
Kendati mundur, Kemenhan Rusia mengklaim pasukan mereka berhasil memberikan pukulan keras ke tentara-tentara Ukraina lewat serangan bertubi-tubi. Pada hari yang sama saat Kemenhan Rusia mengumumkan penarikan pasukan, militer Ukraina mengumumkan bahwa tentara mereka telah melakukan pengepungan terhadap Lyman. Ribuan tentara Rusia “terjebak” di dalamnya. "Kelompok Rusia di daerah Lyman dikepung," kata Serhii Cherevatyi, juru bicara pasukan timur Ukraina, Sabtu lalu.
Dia mengungkapkan, operasi pasukan Ukraina di sana masih berlangsung. “Lyman penting karena ini adalah langkah selanjutnya menuju pembebasan Donbas Ukraina. Ini adalah kesempatan untuk melangkah lebih jauh ke Kreminna dan Sievierodonetsk, dan secara psikologis sangat penting,” ucap Cherevatyi.
Cherevatyi mengatakan, pasukan Rusia di Lyman berjumlah sekitar 5.000 hingga 5.500 tentara. Namun jumlah pasukan yang dikepung kemungkinan telah menurun karena adanya korban jiwa dan beberapa tentara berusaha keluar dari pengepungan.
Dia mengungkapkan upaya pasukan Rusia untuk keluar dari pengepungan gagal “Ada yang menyerah, banyak yang tewas dan terluka, tapi operasi belum selesai,” ujar Cherevatyi.