Dibuka Terus di Atas Rp 15 Ribu, Rupiah Masih Berpotensi Tertekan dalam Jangka Pendek

Meski tertekan nilai tukar rupiah diyakini terjaga seiring membaiknya ekonomi RI

Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terpantau mengalami pelemahan pada awal pekan ini, Senin (3/10). Di pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak ke level 15.260 atau melemah 0,22 persen dari level Rp 15.227 per dolar AS saat akhir pekan lalu.
Rep: Retno Wulandhari Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terpantau mengalami pelemahan pada awal pekan ini, Senin (3/10). Di pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak ke level 15.260 atau melemah 0,22 persen dari level Rp 15.227 per dolar AS saat akhir pekan lalu. 


Ekonom senior Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan, pergerakan rupiah dalam beberapa hari terakhir banyak terpengaruh oleh sentimen pelemahan poundsterling yang dipicu gejolak di pasar obligasi pemerintah Inggris. 

Rully memperkirakan, rupiah masih berpotensi tertekan dalam jangka pendek. Namun dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang diproyeksi positif ke depannya, depresiasi nilai tukar rupiah dinilai masih bisa tetap terjaga. 

"Dengan prospek ekonomi Indonesia dan keseimbangan eksternal yang masih cukup baik, seharusnya dapat mendorong Rupiah secara fundamental," kata Rully kepada Republika, dikutip Senin (3/10). 

Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama melihat, sejauh ini sentimen kenaikan suku bunga The Fed menjadi sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan nilai dolar AS. Sikap The Fed yang agresif dalam menghadapi inflasi dengan menaikkan suku bunga melambungkan nilai dolar AS. 

Index dolar AS sempat mencapai 114 pada pekan lalu, sehingga memberikan tekanan bagi mata uang lain yang dipasangkan dengan dolar AS, termasuk rupiah. Rupiah saat ini ada dikisaran 15.200 per dolar AS.

"Kebijakan Bank Indonesia yang telah menaikkan nilai suku bunga sebesar 50 basis point masih belum cukup memberikan bensin bagi Rupiah untuk melawan dolar AS," kata Revandra.

The Fed dikabarkan masih akan terus agresif dalam menghadapi inflasi, sehingga masih berpotensi menekan rupiah. Namun, kondisi rupiah masih relatif baik karena mendapat keuntungan dari kenaikan harga komoditas beberapa waktu ini. 

Neraca perdagangan Indonesia positif dalam waktu yang panjang dan konsumsi domestik juga cukup tinggi. Sehingga, menurut Revandra, melemahnya rupiah terhadap dolar masih ada di level yang relatif aman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler