Inflasi DIY Tercatat Terendah di Jawa Saat Tekanan Harga Menguat
Tnflasi DIY pada September 2022 didorong oleh kelompok harga yang diatur pemerintah.
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Bank Indonesia (BI) DIY mencatat bahwa DIY mengalami inflasi di September 2022. Meskipun begitu, inflasi yang dialami DIY tercatat terendah dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa disaat tekanan harga menguat.
Berdasarkan data BI DIY, Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY pada September 2022 mencapai 1,05 persen (mtm). Hal ini menjadikan secara tahunan inflasi DIY di 2022 berada pada level 6,81 persen (yoy).
"Pada akhir triwulan III 2022, DIY alami inflasi setelah sebelumnya alami deflasi secara bulanan. Namun demikian, capaian inflasi bulanan DIY lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di Jawa," kata Kepala Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan, Senin (3/10) malam.
Budi menyebut, inflasi DIY pada September 2022 didorong oleh kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) dan kelompok inflasi inti (core inflation). Sedangkan, kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) mengalami deflasi.
Inflasi terutama bersumber dari dampak langsung kenaikan harga BBM. Di sisi lain, katanya, komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai merah, dan minyak goreng melanjutkan deflasi, yang mana menahan laju inflasi yang lebih tinggi.
Harga bawang merah di tingkat konsumen di DIY pada September mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan panen di daerah sentra produksi bawang merah dan didukung oleh cuaca yang kondusif.
Berdasarkan Pusat Harga Pangan Strategis (PIHPS) BI, rata-rata harga bawang merah di DIY pada September 2022 mencapai Rp 30,4 ribu per kilogram. Harga tersebut turun dari Agustus 2022 yang mencapai Rp 36,65 ribu per kilogram.
Untuk komoditas cabai merah, masih mengalami penurunan harga pada September. Hal ini seiring dengan meningkatnya pasokan cabai merah karena musim panen, termasuk panen cabai di Kabupaten Sleman.
Berdasarkan PIHPS BI, rata-rata harga cabai merah di DIY pada September 2022 mencapai Rp 62,85 ribu per kilogram. Harga itu lebih rendah dibandingkan Agustus yang mencapai Rp 63,95 ribu per kilogram.
"Beberapa komoditas lainnya yang menyumbang deflasi antara lain minyak goreng dan daging ayam sebesar -0,02 persen (mtm)," tambah Budi.
Budi menjelaskan, secara keseluruhan inflasi DIY di 2022 diperkirakan meningkat dibandingkan 2021. Perkiraan tersebut utamanya disebabkan oleh permintaan domestik yang membaik dan transmisi harga global ke domestik yang berlanjut.
"Dalam rangka antisipasi risiko inflasi, BI bersama dengan TPID DIY terus melakukan serangkaian kegiatan untuk memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif," jelas Budi.