Harga Emas Bikin Silau, Naik Rp 7.000 per Gram Hari Ini

Harga emas naik terkait kebijakan bank sentral AS Federal Reserve

ANTARA/Basri Marzuki
Pegawai bertugas di dekat pajangan emas cetakan UBS PT Pegadaian (Persero) di Palu, Sulawesi Tengah. Harga emas kembali berkilau pada perdagangan Rabu (5/10). Di dalam negeri, harga emas batangan kekuaran PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terpantau naik Rp 7.000 per gram ke level Rp 962.000 per gram.
Rep: Retno Wulandhari Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas kembali berkilau pada perdagangan Rabu (5/10). Di dalam negeri, harga emas batangan kekuaran PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terpantau naik Rp 7.000 per gram ke level Rp 962.000 per gram.


Kenaikan harga emas Antam ini sejalan dengan emas dunia. Minex Investindo Futures mengatakan harga emas naik setelah beredar isu terbaru terkait kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), untuk pertemuan bulan Oktober ini.

"The Fed diperkirakan tidak akan bersikap agresif seperti pada tiga pertemuan terakhir untuk kebijakan moneter di bulan Oktober ini," tulis Monex Investindo Futures dalam risetnya, Rabu (5/10). 

Setelah mencatat kenaikan sebesar 0,75 persen di masing-masing pertemuan Juni, Juli, dan September kemarin, tingkat suku bunga acuan AS telah mencatat level 3,50 persen. Langkah ini merupakan upaya The Fed untuk menekan inflasi yang masih tinggi di AS.

Namun pekan lalu beberapa pejabat The Fed mulai memberikan masukan yang menunjukkan sikap hati-hati terkait kenaikan suku bunga yang terlalu cepat. Naiknya tingkat suku bunga secara besar-besaran dari bank sentral AS dikhawatirkan akan menyebabkan goyahnya struktur ekonomi yang saat ini sedang tertekan oleh inflasi yang sangat tinggi. 

The Fed juga diperkirakan hanya akan mencapai target suku bunga 4,60 persen di tahun 2023 mendatang. Kemungkinan suku bunga The Fed akan bertahan di level tersebut. 

Sedangkan rentang yang tidak terlalu besar dengan tingkat suku bunga saat ini, juga menjadi pertimbangan The Fed membatasi kenaikan suku bunga hingga akhir tahun 2022. Hal ini menyebabkan turunnya minat pasar terhadap dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler