Ramai-Ramai Mengunjungi Perpustakaan Jakarta
Perpustakaan Jakarta menjadi destinasi baru bagi siapapun yang mencari ketenangan
REPUBLIKA.CO.ID, Masih ingat dengan perpustakaan baru ‘Baca di Tebet’ yang sempat ramai di kalangan pegiat literasi beberapa waktu terakhir? Kini ada lokasi atau oase lain bagi pencari literasi, mahasiswa, pekerja yang menerapkan work from anywhere (WFA) atau sekadar kunjungan keluarga dan kerabat serta teman dekat.
Perpustakaan Jakarta yang baru saja diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, menjadi destinasi baru bagi siapapun yang mencari ketenangan. Berlokasi di Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, perpustakaan ini sudah bisa dinikmati kawula hingga lansia sejak 8 Juli 2022 lalu.
“First impression ke sini sih ok, bagus, dan nyaman banget,” kata salah satu pengunjung, Bertha (28 tahun) di lokasi, Rabu (5/10/2022).
Dia mengatakan, intensitas mengunjungi perpustakaan memang tidak begitu sering, sekitar satu atau dua kali sebulan. Alasannya, kata dia, karena lebih kepada mencari suasana baru daripada buku-buku yang ada di setiap perpustakaannya.
“Di sini ambiencenya enak sih, lebih private dan enak aja buat kerja,” kata pekerja swasta asal Jakarta Utara itu.
Kendari demikian, Bertha mengkritik Pemprov DKI Jakarta yang masih belum begitu menggencarkan lokasi perpusatakaan serupa di Jakarta. Pasalnya, kata dia, perpustakaan yang nyaman buatan DKI, atau Pemerintah Pusat, hanya ada di Jakarta Pusat atau Selatan.
“Di utara, timur dan barat kayaknya nggak se-massive di pusat atau selatan Jakarta,” ucapnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh pengunjung lainnya, Adli (32). Menurut dia, kunjungan kali ini memang menjadi yang pertama baginya, sebelum kunjungan-kunjungan lain nantinya bersama keluarga atau anak.
“Di sini kayaknya ramah anak, karena ada lantai khusus anak juga. Tadi juga banyak anak ke sini keliatannya,” kata Adli.
Dia mengatakan, berbagai fasilitas di dalam Perpustakaan Jakarta terbilang lengkap dan baik. Bahkan, dirinya juga memuji mushala atau tempat ibadah yang dipisahkan antara lelaki dan perempuan. “Di tiap lantai saya liat ada tempat ibadah, jadi mudah aja gitu,” tuturnya.
Adli menjelaskan, berbeda dengan perpustakaan lain yang dikunjungi di Jakarta, Perpustakaan Jakarta ini memiliki magnet tersendiri untuk mengajaknya datang kembali di masa nanti. Menurut dia, selain kesan homey atau nyaman, pengunjung yang datang juga tertib dalam menjaga keintiman membaca pada pengunjung lain. “Saya pasti bakal sering-sering ke sini lagi,” jelasnya.
Menilik lebih jauh, sebenarnya perpustakaan ini merupakan bagian dari Pusat Dokumentasi Sastra Hans Bague (PDS HB) Jassin. Terletak di Jalan Cikini Raya No 73, Jakarta Pusat, wajah terkini dari perpustakaan ini menjadi bagian dalam revitalisasi TIM sejak 2019 silam.
Berdasarkan pantauan Republika, para pengunjung yang mendatangi tempat ini sudah mendaftar sebagai anggota melalui perpustakaan.jakarta.go.id. Namun, tak perlu risau jika nyatanya belum mendaftar atau masih merasa bingung.
Cukup datang ke Gedung Ali Sadikin lantai 3 dan menanyakan kepada petugas yang tersebar di setiap titik. Ada banyak petugas dan mesin barcode atau self check in di dalamnya. Pengunjung, dijamin tidak akan kebingungan dalam menikmati semua alurnya.
Buka dari Senin hingga Ahad sejak pukul 09.00 Wib hingga 17.00 Wib, Perpustakaan Jakarta setiap harinya membatasi pengunjung yang hadir. Tidak kurang dari 300 kuota yang biasanya selalu ramai. Karena itu, disarankan pengunjung melakukan reservasi kunjungan secara daring sebelum mengunjungi perpustakaan, terlebih, setiap kunjungan tidak ditagih biaya apapun.
Setelah memasuki lantai tiga, pengunjung bisa memilih koleksi bacaan yang beragam dengan bahasa yang juga beragam. Berbagai buku mulai dari novel, pelajaran, kamus hingga buku panduan tersebar di lantai empat hingga enam.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan tidak ada komersialisasi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta untuk mendukung kemajuan seni budaya. Menurut dia, hal itu menjadi komitmen dalam bentuk anggaran pemerintah yang akan tetap disalurkan.
“Supaya kegiatan seni bisa berjalan tanpa ada komersialisasi," kata Anies akhir bulan lalu.