Stasiun TV Iran Diretas Tampilkan Wajah Ali Khamenei dalam Bidikan
Dalam aksinya, peretas tampilkan foto Khamenei dilalap api di tengah bidikan senapan.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Stasiun televisi pemerintah Iran diretas, Sabtu (8/10/2022). Peretas menampilkan foto pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei disertai tulisan “darah parah pemuda kami ada di tangan Anda”. Peretasan itu terjadi saat Iran tengah diguncang gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini.
Dalam aksinya, peretas menampilkan foto Khamenei dilalap api di tengah bidikan senapan. Kemudian di layar dicantumkan tulisan “Darah para pemuda kami ada di tangan Anda” dengan menggunakan bahasa Farsi. Peretas pun menuliskan pesan yang menyerukan warga Iran untuk bergabung dalam demonstrasi.
Dilaporkan laman Al Arabiya, kelompok peretas Edalat-e Ali (Ali’s Justice) mengklaim sebagai pihak yang melakukan peretasan tersebut. Edalat-e Ali pernah meretas situs-situs berita serta stasiun televisi dan radio untuk menyiarkan pesan-pesan anti-rezim awal tahun ini.
Hingga saat ini Iran masih dilanda gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini. Aksi tersebut berlangsung di sejumlah wilayah Iran, termasuk ibu kota, Teheran. Amini adalah perempuan berusia 22 tahun. Pada 13 September lalu, dia ditangkap polisi moral Iran di Teheran. Penangkapan tersebut dilakukan karena hijab yang dikenakan Amini dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.
Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.
Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.
Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes. Menurut kelompok Iran Human Rights, sejauh ini sedikitnya 92 pengunjuk rasa telah tewas selama aksi protes berlangsung.