IHSG Diproyeksi Melemah Tertekan Kekhawatiran Resesi, 3 Saham Ini Diprediksi Bullish

IHSG jatuh meninggalkan level psikologis 7.000 ke posisi 6.963,80.

Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi pada perdagangan awal pekan ini, Senin (10/10/2022). IHSG jatuh meninggalkan level psikologis 7.000 ke posisi 6.963,80 setelah ditutup melemah akhir pekan lalu.
Rep: Retno Wulandhari Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi pada perdagangan awal pekan ini, Senin (10/10/2022). IHSG jatuh meninggalkan level psikologis 7.000 ke posisi 6.963,80 setelah ditutup melemah akhir pekan lalu. 

Baca Juga


Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan indeks saham di Asia dibuka turun setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu turun tajam menyusul data pasar tenaga kerja AS (Non-Farm Payrolls) bulan September yang keluar lebih baik dari ekspektasi.

"Sehingga memperbesar peluang bank sentral AS, Federal Reserve, akan melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga acuan yang investor takutkan akan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (10/10/2022).

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik 6 bps menjadi 3,89 persen sehingga memperpanjang rangkaian kenaikan yield menjadi 10 minggu beruntun.

Data Non-Farm Payrolls (NFP) memperlihatkan bahwa ekonomi AS menambah 263.000 tenaga kerja di bulan September, terendah sejak April 2021 di tengah kenaikan suku bunga acuan secara agresif. 

Angka NFP ini masih di atas ekspektasi, 255.000 dan jauh di atas rata-rata 150.000 – 200.000 sebelum pandemi. Kondisi ini memberikan ruang yang luas bagi Federal Reserve untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan secara agresif.

Tingkat Pengangguran turun menjadi 3,5 persen dan di bawah ekspetasi yang sebesar 3,7 persen. Ini menjadi sinyal bahwa kondisi pasar tenaga kerja secara umum masih ketat.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah melambung sekitar 3 persen ke level tertinggi dalam lima minggu pada hari Jumat meskipun nilai tukar mata uang dolar AS terus menguat. 

Secara mingguan harga minyak mentah jenis Brent naik 10 persen, sementara harga minyak mentah jenis WTI lompat sekitar 15 persen. Kedua kenaikan mingguan ini adalah yang terbesar sejak bulan Maret 2022.

Sentimen yang medorong laju kenaikan harga minyak mentah masih berasal dari keputusan OPEC+ minggu lalu untuk memperketat pasokan minyak global dengan cara menyepakati pemangkasan volume produksi sebesar 2 juta barel per hari.

Di tengah proyeksi pelemahan IHSG, Phillip Sekuritas Indonesia melihat beberapa saham berpotensi menguat secara teknikal. Berikut rekomendasinya:

GDST

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 191

Target Price 1     : 220

Target Price 2     : 234

Stop Loss          : 164

APIC

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 1145-1150

Target Price 1     : 1190

Target Price 2     : 1225

Stop Loss          : 1105

SMMT

Short Term Trend   : Bullish

Medium Term Trend  : Bullish

Trade Buy          : 905

Target Price 1     : 1040

Target Price 2     : 1110

Stop Loss          : 770

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler