Ruang Kelas Rusak, Siswa di Tasikmalaya Belajar di Gubuk Buatan Guru dan Warga
Kerusakan ruang kelas di SD Sinagar sudah terjadi sejak 2019.
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sinagar, Kampung Bungursari, Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, harus rela belajar di dalam gubuk sejak Senin (10/10/2022). Kondisi ruang kelas yang biasa mereka gunakan di SDN Sinagar untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) tak lagi layak digunakan.
Gubuk yang terbuat dari bambu dengan dilapisi terpal dan beratapkan genting itu merupakan ruang kelas darurat yang dibangun oleh guru dan warga sekitar. Terdapat dua unit gubuk yang dibangun di lingkungan sekolah itu.
Satu gubuk berukuran sekitar 4x6 meter dan satunya berukuran 5x12 meter. Di ruangan darurat itu, terdapat puluhan siswa kelas 1, kelas 2, dan kelas 5, yang melakukan KBM.
"Sudah dari kemarin belajar di sini," kata salah seorang siswa SDN Sinagar, Intan (7 tahun), kepada Republika.co.id, Selasa (11/10/2022).
Intan mengaku lebih nyaman untuk belajar di ruang kelas darurat itu. Pasalnya, selama ini perempuan yang masih duduk di kelas 2 itu harus belajar di ruang kelas rusak tak beratap. Ketika turun hujan, kelas mereka akan dibubarkan. Kalau mendapat kelas beratap, mereka harus bergantian menggunakan dengan siswa kelas lainnya.
"Enakan di sini, adem," kata dia.
Berbeda dengan Intan, salah seorang siswa lainnya, Muhammad Iqbal Akbar (12), mengaku tidak nyaman belajar di ruang kelas darurat itu. Menurut dia, tempat belajar yang paling nyaman adalah ruang kelas sekolah. "Di sini tidak nyaman, banyak gangguan. Enakan di kelas. Maunya kelas bisa diperbaiki," kata siswa kelas 5 itu.
Kendati harus belajar di ruang kelas menyerupai gubuk, Intan, Iqbal, dan puluhan siswa lainnya, tetap terlihat antusias. Mereka tetap belajar dengan semangat di tengah kondisi kelas yang tak layak.
Salah seorang guru SDN Sinagar, Asep Helmi, mengatakan, kerusakan ruang kelas di sekolahnya itu terjadi sejak 2019. Mulanya, atap sejumlah ruang kelas di SDN Sinagar mengalami bocor. "Ketika tengah malam, atap dua ruang kelas itu ambruk. Itu ketika 2019. Karena setelah itu pandemi, tidak terurus jadi merembet," kata dia.
Setelah pandemi Covid-19 mereda, siswa kembali harus melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun, kondisi ruang kelas yang ada tak memungkinkan untuk digunakan.
Asep menyebutkan, terdapat enam ruang kelas yang ada di SDN Sinagar. Namun, empat unit di antaranya rusak berat dan satu rusak sedang. Hanya satu ruangan yang bisa digunakan untuk proses KBM.
Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, pihak sekolah akhirnya menurunkan genting di ruang kelas yang mengalami kerusakan. Sementara siswa belajar di ruangan lain yang tersedia. Sisanya, harus belajar di ruang kelas tak beratap.
"Sebelum ada ruang kelas darurat, siswa belajar mushala, panggung, dan di ruang kelas yang tak beratap. Ketika hujan, anak-anak disuruh pulang," kata Asep.
Menurut dia, pihak sekolah sudah melaporkan peristiwa itu ke dinas terkait dan mengajukan perbaikan. Namun, proses perbaikan tak kunjung dilakukan.
Alhasil, para guru, orang tua siswa, dan warga sekitar sekolah, berinisiatif membangun gubuk sebagai ruang kelas darurat. "Jadi sejak Senin kemarin, siswa kelas 1, 2, dan 5, belajar di ruang darurat. Satu kelas di panggung, satu di mushala, satu di ruang kelas yang masih baik," ujar dia.
Menurut dia, meski harus belajar di tempat seadanya, para siswa SDN Sinagar tetap antusias. Apalagi, warga sekitar juga mendukung agar proses KBM tetap bisa berjalan meski sekolah rusak.
Namun, ia berharap pemerintah dapat secepatnya melakukan perbaikan. "Soalnya belajar di ruang darurat itu tidak akan efektif. Apalagi kalau hujan, pasti terkena air cipratan," kata dia.
Ketua Komite SDN Sinagar, Asimin, mengatakan, pembuatan ruang kelas darurat merupakan inisiatif sekolah dan warga. Sebab, selama ini aktivitas siswa terganggu kalau hujan. "Mereka belajar di kelas yang tidak ada atap, ketika hujan otomatis bubar. Numpang di rumah orang," kata dia.
Anggaran untuk pembuatan ruang kelas darurat itu juga sepenuhnya merupakan swadaya masyarakat. Sebab, pemerintah tak kunjung turun tangan untuk mengatasi sekolah yang rusak. "Harapan kami, sekolah ini segera diperbaiki. Karena anak-anak ini kasihan harus belajar di gubuk, seperti ayam," ujar dia.
Sekolah di tenda
SDN Sinagar di Kecamatan Cikatomas bukan merupakan satu-satunya sekolah yang rusak di Kabupaten Tasikmalaya. Puluhan SDN Banjarwangi di Kampung Banjaran, Desa Banjarwaringin, Kecamatan Salopa, juga harus belajar di tenda darurat lantaran kondisi sekolah mereka rusak.
Salah seorang guru SDN Banjarwangi, Suhendar, mengatakan, sekolah itu sebenarnya memiliki enam ruang kelas. Namun, dua ruang kelas mengalami rusak berat.
Kerusakan itu disebut baru diketahui ketika siswa kembali melakukan PTM pada awal 2022. Ketika itu, atap dua ruang kelas di SDN Banjarwangi sudah sangat lapuk dan berpotensi roboh.
"Mungkin bangunan ada yang sedikit rusak pada awap Covid-19, tidak terkontrol, sehingga pada 2022 awal dicek kondisi plafon sudah lapuk. Kami suruh tukang benarkan, tidak ada yang berani karena sudah sangat lapuk," kata dia kepada Republika.co.id.
Untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan, genting dua ruang kelas itu akhirnya diturunkan. Dua ruang kelas itu juga tak lagi digunakan untuk KBM.
Suhendar menuturkan, sebelum menggunakan tenda darurat, para siswa harus bergantian melaksanakan KBM di empat ruang kelas yang kondisinya masih baik. Namun, metode itu dinilai tidak efektif. Pihak sekolah akhirnya meminta bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya untuk mendirikan tenda darurat sebagai tempat KBM.
"Siswa belajar di tenda itu sejak empat bulan ke belakang. Kami sudah melapor ke dinas terkait dan memperbarui data pokok pendidikan. Tadi juga Kadis sudah meninjau langsung. Tapi perbaikan belum bisa dipastikan waktunya," kata dia.
Suhendar berharap, pemerintah dapat segera melakukan rehabilitasi ruang kelas yang rusak. Sebab, proses KBM di tenda dirasakan kurang maksimal. Apalagi, saat ini sering turun hujan di wilayah Kecamatan Salopa.
"Tadi juga dari dinas belum bisa memastikan. Dinas hanya bisa berupaya memprioritaskan perbaikan melalui DAK pada 2023," kata dia.
Berdasarkan catatan Republika.co.id, sejumlah sekolah lainnya di Kabupaten Tasikmalaya juga mengalami kerusakan dalam beberapa waktu ke belakang akibat cuaca ekstrem. Sebelumnya diberitakan, dua ruang kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sindangrahayu, Desa Kertarahayu, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, dilaporkan ambruk akibat cuaca ekstrem pada Ahad (25/9/2022) dini hari.
Sementara tiga ruang lain mengalami kerusakan, yaitu ruang kelas 6, ruang kesenian/olahraga, dan toilet, akibat kejadian itu. Namun, siswa di sekolah itu masih tetap melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di ruang kelas yang masih berdiri dan menggunakan ruangan madrasah desa.
Ratusan
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, Rahayu Jamiat, mengatakan, pihaknya sedang melakukan pendataan dan pengecekan kondisi ruang kelas yang rusak. Apalagi, selama hampir dua tahun sekolah tidak efektif karena pandemi, sehingga kemungkinan kondisi ruang kelas yang rusak bertambah karena tak ada pemeliharaan selama pandemi.
"Secara keseluruhan, sementara ruang kelas di Kabupaten Tasikmalaya yang rusak berat ada lebih dari 300 unit. Ini kami upayakan perbaiki. Kami juga minya dukungan dari semua pihak untuk perbaikan ini," kata dia.
Rahayu mengatakan, perbaikan sekolah rusak bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Menurut dia, pemerintah provinsi dan pusat juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan perbaikan atau rehabilitasi.
"Fakta memang ada banyak sekolah rusak. Kami sedang proses perencanaan, tapi perbaikan itu tidak akan bisa dilakukan sekaligus," ujar dia.
TNI turun tangan
Ihwal perbaikan ruang kelas SDN Sinagar di Kecamatan Cikatomas, Rahayu mengatakan, aparat TNI sudah menurunkan personel untuk melakukan rehabilitasi. Perbaikan itu juga akan dibantu oleh masyarakat sekitar.
"Ini sebagai bentuk kebersamaan. Mudah-mudahan dapat dukungan dari masyarakat agar bisa membantu. Karena sekolah ini milik kita bersama," kata dia.
Komandan Brigade Infanteri (Danbrigif) Raider 13/Galuh/1 Kostrad, Kolonel Inf Jimmy Sitinjak, mengatakan, pihaknya akan melakukan rehabilitasi sekolah di SDN Sinagar. Pasalnya, kondisi sekolah itu dinilai sangat memprihatinkan.
"Keberadaan sekolah ini diketahui ketika kami sedang mengecek lahan, terdapat warga sedang membangun gubuk untuk ruang kelas. Itu kami laporkan kepada Pangkostrad," kata dia.
Atas laporan itu, Panglima Kostrad menginstruksikan Brigif Galuh untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait rehabilitasi. Berdasarkan hasil koordinasi itu, pemerintah daerah disebut belum memiliki anggaran untuk rehabilitasi sekolah ini hingga tahun depan.
"Akhirnya, Panglima Kostrad memita Brigif untuk membantu rehabilitasi empat ruangan yang rusak berat. Anggaran ini dari Pangkostrad," kata dia.
Jimmy mengatakan, pihaknya akan menerjunkan sekitar 10 orang anggota dalam proses rehabilitasi itu. Namun, berdasakan informasi di lapangan, masyarakat sekitar juga akan ikut membantu dalam proses rehabilitasi.
"Jumlahnya sampai 40 orang. Ini sangat kami apresiasi karena rehabilitasi bisa lebih cepat," kata dia.
Ia menargetkan, proses perbaikan sekolah itu dapat diselesaikan dalam waktu satu bulan. Dengan begitu, diharapkan proses belajar mengajar dapat kembali berjalan dengan baik.
Jimmy menambahkan, pihaknya juga akan survei kondisi sekolah rusak lainnya di wilayah Tasikmalaya. Kondisi itu nantinya akan dilaporkan kepada pimpinan TNI.
"Nanti ke depan kami akan lihat lagi kondisi sekolah lain. Harapannya kami juga bisa ikut membantu. Itu akan kami laporkan ke Panglima Kostrad," ujar dia.