Gangguan Ginjal pada Anak, Muhammadiyah Minta Negara Usut Penyebabnya
Pemerintah diminta menentukan langkah untuk menghentikan fenomena tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengaku prihatin atas apa yang menimpa ratusan anak-anak Indonesia yang mengalami gangguan ginjal akut misterius. Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, kata dia, Anwar meminta agar masyarakat lebih waspada.
Sebagaimana yang dituturkan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dugaan awal munculnya penyakit ginjal akut pada anak-anak dipicu oleh konsumsi obat yang mengandung etilen glikol. Namun, tidak menutup kemungkinan juga dipicu oleh faktor lain dari makanan dan minuman karena banyak dari makanan dan minuman yang mereka konsumsi tidak sehat dan tidak thoyyib.
“Untuk itu karena negara adalah melindungi dan mensejahterakan rakyat, maka pemerintah harus turun secepatnya untuk mengetahui sebab musabab mengapa hal demikian sampai terjadi,” kata Anwar.
Untuk selanjutnya menentukan langkah apa yang harus diambil untuk menghambat dan menghentikan fenomena tersebut. Sehingga kata dia, akan lebih banyak anak-anak yang bisa diselamatkan
“Kalau hal demikian terus berlangsung, maka besar kemungkinan anak-anak yang terkena gangguan ginjal tersebut tentu akan menjadi tidak atau kurang produktif, sehingga hal itu jelas akan sangat mengganggu dan merugikan tidak hanya terhadap diri anak yang bersangkutan tapi juga terhadap kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dan kita tentu saja tidak mau hal demikian terjadi,” kata Anwar.
Sejak Agustus 2022, IDAI melihat ada lonjakan kasus anak-anak yang dibawa ke rumah sakit dengan keluhan gangguan ginjal akut misterius. Menurut Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati, penyakit gangguan ginjal akut misterius ini sama seperti hepatitis akut misterius yang belum diketahui penyebabnya.
Hingga 10 Oktober, ada 14 cabang IDAI yang melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius dengan jumlah total 131. Sebelumnya pada Agustus, ada sebanyak 35 kasus. Satu bulan kemudian, yakni pada September terjadi penambahan menjadi 71 kasus.