Cahaya Islam dari Sanaá
IHRAM.CO.ID, Secara historis, Kota Sana’a yang terletak di sebuah lembah pegunungan pada ketinggian 2.200 meter sangat dekat dengan Islam. Laman web UNESCO—Badan PBB yang menangani bidang pendidikan dan kebudayaan—dalam tulisannya bertajuk Old City Sana’a menyebut wilayah Sana’a pada abad ke-7 dan 8 M menjadi pusat yang penting bagi penyebaran Islam.
Hal itu dapat dilihat dari 103 masjid, 14 tempat pemandian, dan 6.000 rumah yang ada di Kota Sana’a dibangun sebelum abad ke-11 M. Menurut Dr Syauqi, nama Sana’a tercantum dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Turmidzi, dan Ibnu Majah.
Ajaran Islam tiba di Kota Sana’a, Yaman, pada 630 M ketika Rasulullah SAW masih hidup. Pada waktu itu, wilayah Yaman yang meliputi kota Sana’a dikuasai oleh Gubernur Persia, Badhan. Setelah Islam berkembang dan menguasai wilayah Kota Sana’a, wilayah Yaman berada dalam kekuasaan kekhalifahan Islam.
Pada era kekhalifahan, Yaman menjadi sebuah provinsi. Pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah, provinsi itu terkenal dengan produk tekstil yang berkualitas. Para khalifah dan kaum elite pada masa itu secara sengaja mengimpor tekstil dari Yaman. Tekstil buatan Sana’a dan Aden adalah produk tekstil terbaik pada abad pertengahan.
Kota Sana’a sempat berkali-kali berpindah tangan dari kekuasaan satu dinasti ke dinasti Islam lainnya. Pada 879, wilayah Yaman Utara berada di bawah kekuasaan Sekter Zaidi. Dinasti ini mampu berkuasa di wilayah Sana’a hingga paruh kedua abad ke-20 M.
Namun, dalam perjalanannya, beberapa dinasti Islam, seperti Fatimiyah pada abad ke-11 M juga pernah menguasai wilayah itu. Pada tahun 1173, Salahuddin Al-Ayubi pun menguasai Sana’a. Dinasti Rasuliyyah juga menguasai kota itu pada 1230 hingga abad ke-15 M.
Pada 1516, Dinasti Mamluk dari Mesir merebut Kota Sana’a dari Dinasti Rasuliyyah. Tak lama kemudian, Kesultanan Turki Usmani merebut kota itu dari Dinasti Mamluk. Sejak 1630, wilayah Yaman berada dalam kekuasaan dua dinasti, yakni Turki Usmani dan Sekte Zaidi.