Terima Kasih Banyak Ayah, Engkau Pahlawan Keluarga
Terima Kasih Banyak Ayah, Engkau Pahlawan Keluarga
Markidang, Mari Kita Medang
Terima Kasih Banyak Ayah, Engkau Pahlawan Keluarga
Kalau mengenang mendiang ayahku. Tak terasa air mataku menetes, bahkan lidahku kelu saat melihat foto dalam sampul buku yasin dan tahlil. Dan untuk mengucapkan maafkan anakmu ini pun, aku tak kuat, hanya bisa didalam benaku saja.
Sosok ayahku, bukanlah pegawai negeri, bukan karyawan swasta, bukan pengusaha serta bukan seorang yang tiap bulan dapat gajian.
Tapi ayahku, seorang buruh harian kasar. Mungkin profesi yang paling rendah diantara profesi lainya. Ya, itulah ayahku, pejuang ku, sahabatku dan pelindungku.
Kenapa demikian. Ya, karena saat aku pingin sepeda. Ayahku pun langsung bilang siap tapi harus sabar. Selang beberapa bulan sepeda bekas pun datang. Entah dapat rejeki darimana, aku tak tahu. Yang ku tahu hanya tiap minggu ayahku mencicil kepada seseoraang. Ah..miris banget pokoknya. Beliau banting tulang, panas perih demi anak istrinya. Dan saat aku ribut dengan anak orang kaya dan kuat pun. Ayahku selalu didepan sambil menyalahkan dirinya, serta siap menanggung segala resikonya. Hebat banget ayahku ini, hidup dilingkungan yang memandang kasta. Dan beliau sangat tahu berada dikasta terendah. Jadi selalu siap lahir batin menjadi tumbal kesewenang-wenangan demi melindungi anaknya. " Maafkan aku ayah, engkau pahlawanku. Dan aku masih teringat dipikiranku. Betapa engkau orang yang sangat baik. Lebih mengutamakan perut anak-anakmu daripada perutmu sendiri ayah. Aku hanya bisa menangis saat mengenang itu. Dan aku tak mampu membayangkan bagaimana rasanya kerja panas perih ditengah terik mentari dengan perut kosong tanpa di isi makanan dari pagi. Maafkan anakmu yang tak tahu diri ini ayah".
Dan sekarang tahu. Betapa berat penderitaan ayahku dulu, untuk mencari nafkah buat menghidupi anak istrinya. Beliau tanpa lelah, tanpa rasa putus asa, tanpa ucapan menyerah. Selalu semangat dengan segala kondisi. Separah apapun sesakit apapun kondisi jiwa dan raga ayahku, beliau tetap bekerja. Tanpa mempedulikan rasa sakitnya. " Maafkan anakmu ini, semoga ayah tenang disisi tuhan. Dan semoga tuhan menempatkanmu disurganya. Aamiin ya robbalallamiin".