Orang Tua Diminta tak Panik Sikapi Gagal Ginjal Akut
Jajaran lintas sektor terkait di Jatim telah dikumpulkan dalam rakor khusus.
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat khususnya orang tua untuk tidak panik terkait munculnya Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) yang terjadi pada anak. Khofifah pun berpesan kepada orang tua, khususnya yang memiliki anak di bawah 6 tahun agar waspada jika menemui gejala penurunan volume atau frekuensi urin dengan atau tanpa demam pada anak.
“Jika menemui gejala GGAPA tersebut pada anak, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat agar segera dapat ditangani oleh tenaga kesehatan,” kata Khofifah, Jumat (21/10).
Khofifah menjelaskan, jajaran lintas sektor terkait di Jatim telah dikumpulkan dalam rakor khusus terkait penanganan GGAPA. Kasus GGAPA pada anak yang masuk di Jawa Timur dipastikannya akan terus dipantau dan dikonsolidasikan bersama.
"Bahkan, perkembangan kasus GGAPA di kabupaten/ kota di Jatim akan diupdate secara realtime agar penanganan bisa dilakukan secara cepat dan simultan," ujarnya.
Pemprov Jatim diakuinya telah menggelar rapat koordinasi lintas sektor menyiapkan langkah-langkah konstruktif terkait GGAPA. Khofifah melanjutkan, jika ada rumah sakit dan atau fasilitas pelayanan kesehatan yang merawat pasien anak dengan dugaan GGAPA, ia meminta tenaga kesehatan untuk segera melaporkan dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat.
"Jika menemui pasien anak dengan dugaan kasus GGAPA, fasilitas pelayanan kesehatan harus segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan membuat surat permohonan pemeriksaan toksikologi ke laboratorium forensik Polda Jatim disertai dengan sampel pasien," kata Khofifah.
Terkait kasus GGAPA di Jawa Timur, Khofifah mengaku masih menunggu hasil investigasi dari pusat. "Walaupun begitu, kita harus meningkatkan kewaspadaan dini dan memperkuat sinergitas dalam pencegahan dan pengendalian GGAPA di Jawa Timur,” ujarnya.
Khofifah melanjutkan, jumlah kasus yang dilaporkan secara nasional hingga 18 Oktober 2022, sebanyak 206 anak. Sementara di Jawa Timur sampai 20 Oktober tercatat ada 23 kasus yang 10 kasus di antaranya ada di Surabaya dan 9 kasus di Malang. Dari jumlah tersebut tercatat meninggal 12 kasus, sembuh 8 kasus, dan dirawat 3 kasus.