Dinkes DKI Sisir Seluruh RS Cari Kasus Gagal Ginjal Akut
Di DKI sudah ditemukan 71 kasus gagal ginjal akut pada anak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyisir seluruh rumah sakit (RS) di Ibu Kota untuk mendata kasus gagal ginjal akut yang berpotensi belum terangkum. Upaya tersebut dilakukan agar penanganan dapat dilakukan segera.
"Kami menyisir semua RS di DKI, apakah memang ada kasus di sana dan dilaporkan kepada kami," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Ia juga meminta agar rumah sakit ikut berperan melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan terkait edaran dari Kementerian Kesehatan yang meniadakan penggunaan obat sirop untuk sementara waktu. Tak hanya itu, pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan rumah sakit vertikal pusat untuk melakukan pembekalan kepada tenaga kesehatan untuk memudahkan penanganan gagal ginjal akut.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI, sejak Januari 2022 hingga 19 Oktober 2022, sebanyak 40 orang balita yang mendapat penanganan medis di Jakarta meninggal dunia. Total ada 71 kasus gagal ginjal akut yang menimpa sebagian besar anak-anak berusia di bawah enam tahun. Sebanyak 16 orang masih menjalani perawatan dan 15 orang lainnya dinyatakan sudah sembuh.
Dinas Kesehatan DKI menjelaskan gejala awal gagal ginjal akut misterius di antaranya demam, diare dan muntah, batuk pilek. Kemudian, gejala lanjutan di antaranya jumlah urine dan frekuensi buang air kecil berkurang, badan membengkak, penurunan kesadaran dan sesak nafas.
Jika ditemukan gejala demam, diare, muntah, frekuensi buang air kecil berkurang, sebaiknya dalam 12 jam harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan. "Semakin cepat terdeteksi, semakin baik perbaikan penyakit jika ditangani khusus," katanya.
Adapun langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal di antaranya cukupi kebutuhan cairan harian sesuai usia, konsumsi makanan lengkap dan gizi seimbang. Kemudian, terapkan pola hidup sehat, hindari mengonsumsi obat keras terbatas tanpa resep dokter. Pihaknya meminta masyarakat tidak panik, namun tetap waspada terutama jika jumlah dan frekuensi buang air kecil anak berkurang.