BRIN Dorong Riset-Riset Nanoteknologi
Banyak proposal tidak memenuhi kriteria administrasi, sehingga banyak ditolak.
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Kepala Organisasi Riset Elektro dan Nanoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (BRIN), Prof Ratno Nuryadi mengatakan, mereka membuka berbagai bentuk kerja sama dan program-program bantuan riset.
Salah satu program yang dimiliki BRIN untuk meningkatkan riset di Indonesia merupakan manajemen talenta. Yang mana, bisa diikuti melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), hibah penelitian tugas akhir dan program post.
Program lain yang tengah digalakkan BRIN ada Degree by Research yang jadi kerja sama dengan beberapa kampus dalam dan luar negeri. Salah satu keunggulan program ini merupakan tersedianya pembimbing dari BRIN dan kampus-kampus tempat studi.
Ada pula skema fasilitasi yang diberikan BRIN melalui riset dan inovasi. Namun, banyak proposal tidak memenuhi kriteria administrasi, sehingga banyak ditolak. Skema pusat kolaborasi riset ini merupakan hibah pengelola riset di Indonesia.
"Kurangnya persiapan administrasi lembaga riset, sehingga selalu gagal ketika hendak mengajukan hibah riset melalui skema ini," kata Ratno dalam Seminar Nasional yang diinisiasi DPPM Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (24/10).
Ia menekankan, timbulnya berbagai program riset yang dirancang oleh BRIN tidak terlepas dari kurangnya jumlah periset di lembaga ini sendiri. Selain itu, Ratno menegaskan, kini mereka tengah mengejar pertumbuhan angka riset dan pembangunan.
Saat ini, Indonesia sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain baik di Asia maupun dunia. Salah satu parameter ketertinggalan tersebut yaitu jumlah dana riset dan pembangunan Indonesia yang masih didominasi dari sumber APBN.
"Sedangkan, negara-negara lain memiliki dana riset dan pembangunan yang jauh lebih besar dari pihak swasta," ujar Ratno.
Terkait riset di bidang nanoteknologi, saat ini BRIN memiliki tujuh pusat riset. Dari pusat riset teknologi pertambangan, metalurgi, material maju di Tanjung Bintang Lampung, kimia maju, teknologi polimer, fisika kuantum, hingga fotonik.
Dalam perjalanannya, pusat riset berjalan dengan kolaborasi sektor SDM, budaya riset, anggaran dan infrastruktur. Riset yang dihasilkan beragam mulai implan tulang, implan energi, aplikasi medis, keramik kreatif di Bali dan riset Covid-19.