Ruang Perawatan Anak Terbatas, Menteri Muhadjir: Saya Belum Dengar Komplain

Menteri Muhadjir menyebut keterbatasan ruang perawatan anak masih bisa diatasi

Republika/Fauziah Mursid
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (27/10).
Rep: Fauziah Mursid Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan keterbatasan jumlah ruangan intenstif khusus anak masih bisa diatasi berkaitan penanganan penyakit gangguan ginjal akut. Sebelumnya, ada permintaan untuk meningkatkan kapasitas unit perawatan khusus anak karena di beberapa tempat masih terbatas.

Baca Juga


"Ruang intensif yang terbatas saya kira sebatas-batasnya ruang intensif dilihat dengan jumlah kasusnya masih bisa teratasi. Tidak ada, saya belum mendengar ada komplain pasien yang tidak memadai dalam kaitannya dengan gagal ginjal ini," ujar Muhadjir kepada wartawan di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Muhadjir mengatakan, meski terjadi peningkatan kasus gangguan ginjal, tetapi jumlahnya masih terpetakan. Menurutnya, kasus gangguan ginjal ini berbeda dengan penyakit menular yang langsung menyebar di beberapa wilayah.

Selain itu, kata Muhadjir, dalam penanganannya juga, tidak semua penderita langsung mendapat perawatan hemodialisa (cuci darah). Dia mengatakan demikian, setelah sebelumnya juga ketersediaan fasilitas hemodialisa menjadi sorotan usai munculnya kasus gangguan ginjal tersebut.

"Kemudian yang terkena ini tidak langsung masuk ke dalam perawatan hemodialisa. Sehingga Insya Allah masih bisa diatasi semuanya," ujarnya.

Menurutnya, saat ini hampir semua rumah sakit juga memiliki fasilitas hemodialisa.

"Harus diingat bahwa gagal ginjal ini kita kan coba sisihkan siapa yang memang terkena akibat dari gagal ginjal akut kan. Termasuk kemarin dipertanyakan ketersediaan hemodialisa. Hemodialisa itu hampir semua rumah sakit punya sehingga tidak ada masalah," ujarnya.

Muhadjir mengatakan, saat ini Pemerintah sedang memperluas sumber pasokan obat antidotum fomepizol sebagai penawar pengakit gangguan ginjal tersebut. Dia menyebut saat ini obat sudah mulai berdatangan dari berbagai negara.

"Tadi Pak Menkes Pak Budi sudah kirim kabar pada saya komitmen dari Amerika, komitmen dari beberapa negara di dalam G20 sudah ada. Sehingga dalam waktu dekat ini sudah ada kita ambil dari Australia, dari Amerika, dari beberapa negara yang lain," ujarnya.

Dia menyebut, distribusi obat sudah diedarkan ke wilayah-wilayah yang kasus gangguan ginjalnya tinggi. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menyampaikan kasus tertinggi ada di DKI khususnya di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, kemudian Banda Aceh, dan Jawa Barat dan wilayah pinggiran Jakarta.

"Sekarang sudah diedarkan terutama untuk wilayah yang memang tingkat kasusnya tinggi," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler