Perbanyak Ruang Bertemu dan Berdialog Anak untuk Ajarkan Toleransi dan Persatuan
Cara mengedukasi anak harus dilakukan dengan memberikan praktik- praktik yang benar.
REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Anak- anak yang berbeda sekolah, agama dan suku bangsa harus diberikan banyak ruang untuk bertemu dan berdialog lebih banyak. Kegiatan- kegiatan bertandang antar sekolah dan antar warga juga terus ditingkatkan.
Hal ini menjadi salah satu cara agar anak- anak memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk saling memahami, menghormati dan menghargai perbedaan yang ada di antara mereka.
“Ini menjadi cara yang baik untuk memperkuat toleransi sejak dini,” kata Gubernr Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat menyampaikan pidato kunci pada acara keynote speech dalam acara Pancasila: Voice of Humanity, yang digelar di Holy Stadium, Kota Semarang, Jumat (28/10).
Menurut gubernur, cara mengedukasi anak harus dilakukan dengan memberikan praktik- praktik yang benar. Yakni dengan mengajak mereka bisa berkumpul, mereka bisa bertemu, bisa berdialog.
Karena itu, gubernur mengusulkan pentingnya kegiatan bertandang antar sekolah, antar warga dari rumah- rumah ibadah yang berbeda- beda. “Ini akan sangat bagus sekali bat contoh anak- anak kita,” tegasnya.
Sebab, lanjutnya, intensitas pertemuan lebih banyak dan seringnya berdialog akan mengasah kesadaran anak-anak dan bagaimana cara bersikap kepada orang lain yang berbeda dengan dirinya.
Mereka juga akan merasa saling memiliki sehingga anak- anak tidak akan saling menyakiti dalam hal apapun serta dalam situasi apapun, karena sikap saling menghargai dan mengormatti perbedaan telah tumbuh.
“Sehingga anak akan merasakan, begini lho Pancasila itu dilaksanakan, tidak ada bully, mereka saling menyayangi, mereka saling membantu dan spirit gotong royongnya juga akan muncul,” katanya.
Sebab jika mereka sering bertemu dan berkumpul, mereka akan mengerti bahwa di antara mereka berbeda. “Kemudian mereka terapkan itu dengan tidak saling menyakiti dalam praktik- praktik keseharian,” tegas gubernur.
Acara Pancasila: Voice of Humanity merupakan serangkaian acara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94. Merangkai kegiatan ini juga digelar seminar wawasan kebangsaan dan orasi kebangsaan, drama musikal, pertunjukan tari dan musik, serta donor darah.
Peserta kegiatan berjumlah sekitar 7.000 orang yang terdiri atas pelajar tingkat SD, SMP dan SMA serta mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah di Kota Semarang.
Gubernur mengapresiasi kegiatan ini sebagai cara untuk mengedukasi nilai- nilai Pancasila dengan suasana yang lebih nyaman. Hari ini para pelajar dari beberapa sekolah yang ada di Semarang, lalu mereka bisa berkolaborasi.
Ada yang menampilkan seni, terus mereka berdialog. “Sehingga akhirnya mereka tahu, mereka berbeda namun mereka harus bersatu Sebagai bagian dari anak bangsa,” tambah gubernur.
Dalam acara itu, Ganjar sempat berdialog dengan Oni dan Rosyid, dua anak yang terlibat dalam pertunjukan drama musikal yang bercerita tentang implementasi toleransi dari pengamalan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari- hari.
Pertunjukan drama musikal ini telah dipersiapkan selama enam bulan, selama itu pula keduanya yang berbeda keyakinan bisa mengerti dan bercerita tentang pentingnya toleransi kepada teman dan orang lain.
“Saling menghargai dan menyayangi teman, meskipun berbeda agama harus kami lakukan,” jelas Rosyid kepada gubernur.
Apa yang diungkapkan oleh anak- anak tersebut, menurut gubernur merupakan contoh riil dari bagaimana model bertemu, berkumpul dan berdialog dapat membuka wawasan anak tentang perbedaan dan toleransi.
Maka kepada orang tua dan para guru, orang nomor atu di Provinsi Jawa Tengah ini juga ingin agar saling memberikan contoh kebaikan dan toleransi kepada anak- anak.
“Kalau anak- anak saja sudah mengerti, orangtuanya harus kasih contoh. Kalau orangtuanya bisa memberikan contoh yang baik maka insyaallah anak- anak akan jauh lebih baik,” tandasnya.