Jaringan 5G Telah Digunakan Oleh 700 Juta User
Lebih dari 230 operator telekomunikasi di seluruh dunia telah meluncurkan layanan 5G
REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Sampai dengan Oktober 2022, lebih dari 230 operator telekomunikasi di seluruh dunia telah meluncurkan layanan 5G komersial. Totalnya, lebih dari tiga juta base station 5G telah terpasang untuk melayani lebih dari 700 juta pelanggan.
Data itu diungkap dalam Huawei Global Mobile Broadband Forum (MBBF) yang digelar di Bangkok, Thailand beberapa waktu lalu. Rotating Chairman Huawei, Ken Hu, mengatakan 5G telah tumbuh lebih cepat daripada teknologi seluler generasi sebelumnya.
"Dalam waktu hanya tiga tahun, kita telah melihat kemajuan yang sangat solid dalam hal penyebaran jaringan, layanan konsumen, dan aplikasi dalam industri. Oleh karena itu, kami menilai saat ini jaringan 5G tengah melaju di jalur cepat," kata Ken Hu.
Akan tetapi, ia menilai banyak hal lain yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan nilainya. Menurutnya, seluruh stakeholder perlu bekerja sama untuk sepenuhnya mengoptimalkan potensi jaringan 5G dan memperluas dampaknya dalam bentuk layanan seperti cloud dan integrasi sistem. Dengan begitu, maka para stakeholder bisa mendorong lompatan perkembangan dalam jaringan 5G baik dari aspek aplikasinya maupun dari aspek industri secara keseluruhan.
Di sektor telekomunikasi, layanan pelanggan masih merupakan penyumbang pendapatan terbesar bagi bisnis operator telekomunikasi atau pengelola jaringan (carrier). Seiring dengan peningkatan penetrasi 5G, kian banyak orang yang merasakan sendiri pengalaman yang jauh lebih mengesankan, sehingga mendorong pergeseran dalam perilaku konsumen, salah satunya adalah lonjakan trafik video high definition (HD).
Hal ini dipicu oleh munculnya berbagai aplikasi seluler baru dengan memanfaatkan kecepatan 5G yang jauh lebih tinggi serta latensi yang lebih rendah yang kemudian mendongkrak rata-rata konsumsi data pengguna menjadi dua kali lipat serta meningkatkan rata-rata pendapatan per pengguna atau average revenue per user (ARPU) sebesar 20 persen hingga 40 persen.
Pada saat yang sama, aplikasi 5G dalam penunjang bisnis suatu instansi juga berkembang menjadi mesin pencetak dan pendorong pendapatan baru bagi operator telekomunikasi yang menciptakan pendapatan dalam jumlah cukup besar dari sejumlah sektor industri seperti migas, manufaktur dan transportasi. Sebagai gambaran, pada tahun 2021, sebuah operator telekomunikasi di Cina berhasil meraup lebih dari 500 juta dolar AS pendapatan baru yang dihasilkan dari lebih dari 3 ribu proyek 5G industrial.
Tak heran, aplikasi 5G dalam business to business (B2B) digadang-gadang akan menjadi alur pendapatan dengan pertumbuhan tercepat bagi operator telekomunikasi. Mengingat, teknologi 5G memampukan terciptanya berbagai inovasi dalam skenario layanan, aplikasi dan model bisnis, yang semuanya akan membuka jalan bagi peluang pertumbuhan industri yang tak terbayangkan sebelumnya.