Alasan Mengapa Islam Melarang Muslim Berjudi

Alquran menyebut judi adalah kekejian.

pixabay
Ilustrasi judi online. Alasan Mengapa Islam Melarang Muslim Berjudi
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjudian memang dilarang dalam Islam. Alquran menyebut judi adalah kekejian.

Baca Juga


Alquran yang diyakini sebagai buku petunjuk Allah bagi umat manusia menyatakan: "Wahai orang-orang yang beriman! Minuman keras dan perjudian (pengabdian) batu, dan (ramalan dengan) panah adalah kekejian-pekerjaan tangan setan: jauhi (kekejian) agar Anda beruntung. Rencana setan adalah menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dengan minuman keras dan judi dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan dari shalat; apakah kamu tidak akan menahan diri?' (QS 5:90-91).

Islam mengizinkan semua jenis kegiatan rekreasi, termasuk olahraga dan permainan tetapi jelas melarang permainan apa pun yang melibatkan perjudian. Alquran menyebut perjudian sebagai kekejian perkerjaan tangan setan. Artinya itu adalah kebiasaan merusak yang dapat memiliki konsekuensi bencana dalam kehidupan individu dan sosial seseorang.

Alasan Mengapa Islam Melarang Muslim Berjudi

Perjudian tidak adil

Dikutip dari About Islam, perjudian melanggar prinsip keadilan. Dari sudut pandang Islam, keadilan sangat dihargai.

"Wahai orang-orang yang beriman! Berdiri tegak di hadapan Allah, sebagai saksi transaksi yang adil dan jangan biarkan kebencian orang lain kepada Anda membuat Anda menyimpang ke arah yang salah dan menyimpang dari keadikan. Bersikaplah adil: itu di samping ketakwaan dan bertakwalah kepada Allah. Karena Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan," (QS 5:8).

Melalui perjudian, orang ingin memenangkan uang atau properti yang bukan haknya. Penjudi tidak bekerja unyuk upahnya, dia juga tidak pantas mendapatkannya; dia mendapatkannya secara kebetulan.

Perjudian mendorong keserakahan dan kemalasan

Kedua, perjudian memenuhi keserakahan seseorang; penjudi terus bermain untuk hadiah yang tidak pantas. Begitu dia mendapatkannya, dia sangat ingin mendapatkan lebih banyak, jadi dia tidak ingin berhenti bermain.

Dia mungkin berpikir memiliki kemenangan beruntun dan enggan untuk pergi, tetapi bermain melupakan berlalunya waktu atau tugasnya yang lebih penting. Perjudian membuat seseorang menolak pekerjaan serius dan pekerjaan yang bermanfaat. Orang seperti itu berangsur-angsur kehilangan rasa hormatnya terhadap upaya manusia yang sebenarnya mendatangkan imbalan yang nyata dalam hidup.

Penjudi menjadi pecandu permainan kesempatan

Jika dia kebetulan kalah, dia berpikit keberuntungannya menghindarinya untuk sementara waktu dan bersemangat untuk mendapatkannya, dia bertekad untuk mengejarnya lebih jauh.

Judi membuat kita melupakan Tuhan

Ketiga, orang yang berjudi mengabaikan kewajibannya kepada penciptanya; ia menunda shalatnya atau bahkan sama sekali meninggalkannya. Dia menjadi korban keserakahannya sendiri akan uang. Orang seperti itu tidak lagi religius.

Jika seseorang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya yang lebih rendah seperti ketamakan dan hawa nafsu, maka agama tidak ada artinya baginya dalam aktivitas sehari-hari. Islam atau agama apapun yang sesuai dengan namanya harus memungkinkan seseorang untuk bangkit di atas lingkungan material dan fisiknya untuk memberdayakan diri spiritualnya. Perjudian adalah kejahatan seperti minum yang mengganggu keseimbangan emosional seseorang dan melemahkan kemampuan intelektual seseorang. Patut dicatat bahwa Alquran menyebutkan dua kejahatan ini bersama-sama.

Perjudian menghasut kebencian dan kecemburuan

Islam mengajarkan hak atas properti ditetapkan melalui norma-norma masyarakat yang diakui dengan baik yang disetujui oleh agama. Tidak ada harta yang diambil darinya kecuali melalui pertukaran, penjualan, atau amal yang sah. Perjudian melanggar norma-norma ini dan akibatnya perjudian memicu permusuhan dan kebencian di antara orang-orang.

Perjudian itu adiktif

Orang mungkin berpikur apa yang salah dengan bertaruh hanya untuk bersenang-senang sebagai hiburan dimana banyak uang tidak dipertaruhkan atau dimenangkan. Tetapi dari sudut pandang Islam, segala sesuatu yang jahat dalam skala besar adalah jahat dalam skala yang lebih kecil juga.

Setiap kejahatan tumbuh menjadi bentuk dan ukuran yang tidak terkendali dari benih kecil. Selain itu; perjudian juga memiliki sisi adiktif seperti yang disebutkan di atas. Untuk alasan ini, perjudian merupakan bahaya bagi individu maupun masyarakat pada umumnya.

Energi dan kapasitas intelektual penjudi serta nilainya secara bertahap dikonsumsi kebiasaan ini. Orang seperti itu menjadi parasit di masyarakat, karena ia memakan sumber yang tidak layak sambil mengabaikan tugasnya kepada masyarakat. Hal di atas memperjelas mengapa perjudian adalah praktik yang keji dan karenanya tidak dapat didorong dalam masyarakat manapun sebagai hanya sekadar kesenangan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler