Mengenal Bintang Biru, Bintang Terbesar dan Paling Terang di Galaksi

Warna bintang memberikan informasi mengenai suhu dan massanya.

Pixabay
Langit malam berbintang/ilustrasi. Kebanyakan dari bintang-bintang terlihat berwarna putih, namun sebanarnya ada yang berwarna merah dan juga biru.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika dilihat dengan mata telanjang, bintang-bintang di langit malam semua terlihat sangat mirip satu sama lain. Perbedaan utama adalah bahwa beberapa bintang tampak lebih terang daripada yang lain.

Baca Juga


Namun, jika diamati dengan cermat, bintang-bintang memiliki warna yang berbeda. 

Kebanyakan dari bintang-bintang itu terlihat putih. Namun sebanarnya ada yang merah dan juga biru. Warna bintang memberi tahu kita tentang suhu dan massanya. Bintang-bintang biru adalah yang terpanas dan paling masif dari semua jenis bintang.

Bintang-bintang biru sejauh ini merupakan bintang terbesar dan paling terang di galaksi. Dilansir dari Space, setiap bintang yang memiliki massa tiga kali atau lebih dari matahari akan cenderung terlihat biru di mata kita.

Kondisi itu terlepas dari faktor lain seperti komposisi kimia. Bintang-bintang biru, bintang-bintang kuning dan bintang-bintang merah sama-sama terdiri dari sekitar 75 persen hidrogen, 24 persen helium, dan sejumlah kecil unsur lainnya.

Berikut ini, adalah fakta-fakta bintang biru

Mengapa bintang-bintang biru sangat panas? Bintang-bintang biru berwarna biru karena sangat panas. Cahaya biru membawa lebih banyak energi daripada cahaya merah, yang berarti membutuhkan sumber radiasi yang lebih panas untuk menghasilkannya.

Hal ini menjelaskan mengapa bintang-bintang biru lebih panas daripada bintang-bintang merah. Analogi ini mirip jika Anda melihat logam dipanaskan di bengkel. Awalnya, logam bersinar merah, lalu saat semakin panas berubah menjadi biru-putih.

 

Suhu tinggi bintang-bintang biru, ditambah dengan luminositasnya yang tinggi, berarti bintang itu terus-menerus mengeluarkan energi dalam jumlah besar ke luar angkasa. Akibatnya bintang membakar semua bahan bakar dengan sangat cepat, membuat mereka hidup terpendek dari semua bintang.

Untuk alasan ini, bintang-bintang biru paling sering diamati di dekat daerah tempat terbentuknya bintang. Daerah-daerah pembentuk bintang menghasilkan bintang-bintang dengan beberapa rentang massa.

Bintang tidak tercipta dalam jumlah yang sama. Bintang-bintang bermassa rendah jauh lebih banyak daripada yang bermassa tinggi. Ditambah dengan masa hidup yang pendek dari yang terakhir, bintang biru cenderung lebih langka. Meski begitu, cukup banyak kita jumpai di langit malam, karena yang ada memang sangat bercahaya.

Hanya tiga bintang biru yang terkenal, ada Regulus, bintang paling terang di konstelasi Leo, Spica, bintang paling terang di Virgo dan Rigel, paling terang di Orion. Namun, bintang paling masif yang diamati hingga saat ini adalah supergiant biru R136a1, yang mengandung setidaknya 265 kali lebih banyak materi daripada matahari.

 

Bagaimana siklus hidup bintang biru?

Semua bintang menjalani siklus hidup. Siklus hidup ini mengubah penampilan dan perilaku bintang pada skala waktu yang terlalu lambat untuk kita amati secara langsung.

Sebagian besar bintang yang kita lihat berada dalam fase ‘urutan utama’ evolusi mereka, di mana bintang itu mengubah hidrogen menjadi helium melalui fusi nuklir. Jumlah waktu yang dihabiskan dalam fase ini, dan apa yang terjadi setelahnya, bergantung pada massa bintang-bintang.

Bintang-bintang bermassa tertinggi, lebih besar dari tiga kali matahari, tampak berwarna biru ketika berada di deret utama, dan mereka melewati semua bahan bakar hidrogennya lebih cepat daripada bintang bermassa lebih rendah.

Saat bintang biru mendekati akhir fase pembakaran hidrogen, bintang memasuki keadaan transisi yang relatif singkat sebagai raksasa biru dengan luminositas lebih tinggi. Saat berlangsung melalui fase ini, suhu inti terus naik sampai cukup tinggi untuk memicu fusi helium menjadi unsur-unsur yang lebih berat seperti karbon dan oksigen. 

 

Hal ini menyebabkan bintang memasuki fase yang lebih terang sebagai supergiant biru. Bintang-bintang ini memiliki luminositas yang sangat besar. Misalnya, raksasa biru Rigel memancarkan energi 60.000 kali lebih banyak daripada matahari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler