Presiden Resmikan Industri Bioetanol Tebu Jatim, Perkuat Transisi Energi
Pemprov Jatim terus berupaya meningkatkan pemanfaatan EBT.
REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- Presiden Joko Widodo meresmikan industri bioetanol tebu yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (4/11/2022). Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, industri bioetanol tebu di bawah PT Energi Agro Nusantara (Enero) tersebut menjadi upaya strategis pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) di Jatim.
"Pengembangan bioetanol tebu ini salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber-sumber energi alternatif lainnya. Pemprov Jatim terus berupaya meningkatkan pemanfaatan EBT guna mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi bagi masyarakat," kata Khofifah.
Khofifah melanjutkan, hal ini juga selaras dengan komitmen Pemprov Jatim untuk mengakselerasi dan mendukung sepenuhnya program transisi energi. Yakni dengan meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), yang bertumpu pada kekayaan potensi sumber daya di Jatim.
Khofifah mengatakan, Jatim saat ini merupakan produsen etanol terbesar di Indonesia. Di mana Jatim memiliki beberapa perusahaan penghasil bioetanol dengan total produksi mencapai 110 ribu kiloliter pada 2020. Salah satunya yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero) dengan total produksi bioetanol sebesar 34.874 kiloliter pada 5 tahun terakhir.
"Dimana bahan baku utamanya dari bioetanol ini adalah tebu yang diperoleh dari perkebunan PTPN dan tebu rakyat,” ujarnya.
Jawa Timur, lanjut Khofifah, memiliki potensi dan sumber daya yang besar dalam mendukung Pogram kebijakan pemerintah mandatory pemanfaatan bioetanol E5 hingga E20 pada 2025. Hal ini karena produk etanol (fuel grade) yang diproduksi PT Enero memiliki multiplier effect terhadap ketahanan pangan khususnya sektor pertanian tebu dan industri gula.
"Dan pasar dari bioetanol ini sangat jelas karena merupakan bahan baku campuran untuk menghasilkan pertamax," kata Khofifah.
Ia berharap ketersediaan bahan baku dan sarana prasarana dapat terus ditingkatkan sebagai upaya pengembangan bioethanol. "Hal ini tentunya membutuhkan dukungan stakeholder terkait untuk mengatasi ketersediaan bahan baku dan keberlanjutan suplai bahan baku bioethanol," ujarnya.