Dradjad: Erick Thohir Telah Teruji Efektivitas dan Kepemimpinannya di Masa Pandemi
Pandemi Covid-19 bukan hanya krisis kesehatan dan ekonomi, tapi krisis kehidupan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri BUMN Erick Thohir dinilai telah teruji menjadi pemimpin di masa krisis kehidupan, selama masa pandemi Covid-19. Erick juga telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang efektif.
Hal ini disampaikan ekonom senior INDEF, Dradjad Wibowo, saat berbicara dalam peluncuran buku: (Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir, Kamis (10/11/2022).
Dradjad mengatakan salah satu ujian sebagai pemimpin adalah ketika menghadapi krisis. Menurutnya, di dunia ini belum ada krisis sebesar krisis karena pandemi Covid-19. “Itu bukan hanya krisis kesehatan, krisis ekonomi, tapi sudah menjadi krisis kehidupan, Ini jadi ujian bagi banyak kalangan,” kata Dradjad.
Ketua Dewan Pakar PAN ini melihat Erick Thohir sudah menunjukkan kepemimpinan efektif dalam menghadapi krisis tersebut. Dijelaskannya, dari sisi epidemiologi, kata Dradjad, untuk menghadapi pandami harus dengan mengurangi jumlah penduduk rentan yang tertular.
“Jadi dari populasi rentan populasi terinfeksi kita kurangi tingkat infeksinya, kemudian meningkatkan jumlah penduduk yang terinfeksi menjadi populasi yang sembuh,” papar Dradjad.
Menurut Dradjad, ia sering mengatakan dalam menghadapi pandemi, jangan dipertentangkan antara ekonomi dengan kesehatan masyarakat. Harus ditangani lebih dulu pandeminya, ekonomi nanti akan pulih. “Di situ yang dilakukan Erick Thohir. Sekalipun ia bukan ahli kesehatan, tapi yang dilakukannya betul-betul sudah sesuai dengan ilmu pengetahuan,” kata Dradjad.
Erick melakukan meningkatkan kesembuhan dengan bergerak cepat menjadikan Wisma Atlet sebagai Rumah Sakit (RS) Covid-19. “Mungkin orang menganggap biasa saja. Enggak . Itu sesuatu yang sangat dibutuhkan,” ungkap Dradjad.
Dijelaskannya, jika tidak punya RS yang berkapasitas besar dan memisahkan orang yang terkena Covid dari pasien yang lain, penyebaran Covid akan semakin besar, dan semakin banyak korban meninggal dunia. “Kita tidak tahu berapa banyak orang yang terselamatkan dengan Wisma Atlet. Ini sesuatu ibadah yang luar biasa bagi Erick dan mereka yang membantu mengubah Wisma Atlet menjadi RS Covid-19,” jelas ekonom senior ini.
Untuk mencegah orang dari populasi rentan menjadi populasi terinfeksi, dilakukan dengan social distancing, memakai masker. Namun yang hal krusial adalah masalah vaksin. Ini juga menjadi perhatian Erick Thohir.
Di awal pandemi, setelah vaksin mulai muncul, terjadilah nasionalisme vaksin. Negara-negara yang menghasilkan vaksin tidak mau berbagi dulu dengan negara lain. Dalam kondisi ini, kata Dradjad, Erick Thohir bersama Menteri Luar Negeri langsung mendekati China, yang mengembangkan vaksin Sinovac.
“Memang saat itu banyak pertanyaan soal kualitasnya. Tapi pada saat krisis, yang perlu dilakukan adalah langkah cepat agar vaksin tersedia dulu. Soal efektifitasnya memang penting, tapi bisa sambil berjalan,” ungkapnya.
Langkah Erick Thohir ini membuat Indonesia memiliki vaksin dalam jumlah yang cukup besar. “Erick juga bergerak cepat menemui vaksin AstraZeneca, untuk vaksin yang dianggap lebih berkualitas,” kata Dradjad.
Dengan ketersediaan vaksin, Erick mengerahkan BUMN untuk melakukan distribusi ke masyarakat. Sehingga, menurut Dradjad, banyak yang sudah tervaksinasi. "Sehingga orang lebih percaya diri, dan kalaupun tertular Covid sudah tidak separah sebelumnya,” ujar Dradjad.
Saat inipun, menurut Dradjad, Erick Thohir mendorong BUMN Bio Farma agar membuat vaksin sendiri. Hal ini karena vaksin menjadi kunci. “Saya menyarankan agar dikembangkan obat untuk Covid-Sehingga Covid menjadi flu biasa,” ungkap Dradjad.
Dari penanganan Covid-19 ini, kata Dradjad, ekonomi kembali bergerak, pergerakan manusia juga mulai pulih, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi membaik.
Hal lain yang juga dilakukan Erick Thohir terlihat dari transformasi BUMN. Dikatakannya, Erick menggabungkan bank-bank syariah, sehingga Indonesia memiliki bank syariah yang cukup besar. “Menjadi salah satu yang terbesar di dunia, kalau tidak salah ranking 11, dan menjadi bank ke-7 terbesar di Indonesia,” ungkapnya. Untuk menggabungkan bank-bank syariah ini perlu keberanian.
Selain itu, Erick Thohir juga berani mendobrak berbagai penyimpangan di BUMN. Mulai dari ASABRI, Jiwa Sraya. “Jadi saya rasa Erick Thohir mempunyai kepemimpinan yang efektif, berorientasi pada hasil. Dan hasilnya memang riil bukan pencitraan. Bukan tidak ada hasil tapi dicitrakan ada hasil.