Setelah Buat Kekacauan, Langganan Twitter Blue Hilang

Sejumlah pengiklan telah menghentikan iklan di Twitter.

REUTERS/Dado Ruvic
Akun Twitter Elon Musk dengan tanda centang biru. Setelah Buat Kekacauan, Langganan Twitter Blue Hilang
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langganan Twitter Blue yang kontroversial telah menghilang, beberapa jam setelah ditayangkan. Pemilik baru Twitter Elon Musk telah gencar mempromosikan paket langganan seharga 8 dolar AS atau sekitar Rp 125 ribu per bulan sejak dia membeli platform tersebut.

Baca Juga


Salah satu langkah pertamanya adalah menaikkan harga layanan dan membuat akun bercentang biru untuk membayar langganan. Namun, opsi untuk berlangganan kini telah menghilang dari aplikasi.

Di saat yang sama, Twitter meluncurkan centang abu-abu untuk melayani pengguna sama seperti tanda centang biru. Akan tetapi, Musk membatalkan kebijakan itu dengan memerintahkan penghapusan centang abu-abu tak lama setelah diperkenalkan ke publik.

Akun dukungan resmi Twitter mengatakan centang abu-abu diperkenalkan kembali untuk membantu memberantas peniruan identitas di platform. Centang abu-abu dibuat sebagai cara untuk membedakan akun terverifikasi yang telah diberi tanda centang biru sebelumnya oleh Twitter dan akun yang ikut berlangganan Twitter Blue yang baru.

Kepergian Kepala Kepercayaan dan Keamanan Twitter Yoel Roth telah dinilai sebagai pukulan besar bagi platform setelah banyak pengguna yang menyatakan kekhawatiran tentang langganan Twitter Blue. Mereka menganggap, langganan Blue dapat disalahgunakan oleh aktor jahat yang membeli tanda centang biru untuk melakukan penipuan dan menyebarkan informasi yang salah.

Sebagai langkah memangkas biaya, pekan lalu, Musk memecat ribuan karyawan Twitter. “Tanpa pendapatan langganan yang signifikan, ada peluang Twitter tidak akan bertahan dari kondisi ekonomi yang akan datang,” kata Musk, dilansir Independent, Sabtu (12/11/2022).

Sejumlah pengiklan telah menghentikan iklan di Twitter. Padahal iklan merupakan sumber pendapatan terbesar perusahaan.

Regulator Amerika Serikat (AS) mengkhawatirkan nasib Twitter dan memperingatkan Musk tidak ada kepala eksekutif yang kebal hukum. Sementara itu, sejumlah akun palsu yang berpura-pura menjadi tokoh terkenal dengan menggunakan tanda centang biru yang diperoleh melalui Twitter Blue telah dilaporkan di platform tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler