Rekor Bersejarah Pemilu Sela AS, Sebuah Angin Segar Bagi Muslim

145 kandidat Muslim Amerika mencalonkan diri.

AP/Samantha Hendrickson, File
FILE - Kandidat Demokrat untuk Dewan Perwakilan Rakyat Ohio Ismail Mohamed berpose untuk foto di sebuah restoran Somalia, 30 September 2022, di Columbus, Ohio. Pria berusia 30 tahun itu bisa menjadi pria Somalia dan Muslim pertama di negara bagian itu yang terpilih menjadi anggota Badan Legislatif Ohio jika dia menang dalam pemilu paruh waktu 2022. Columbus adalah rumah bagi populasi Somalia terbesar kedua di Amerika Serikat.
Red: Joko Sadewo

Oleh : Ani Nursalikah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah catatan bersejarah terukir dalam pemilu sela Amerika Serikat (AS) pada 8 November lalu. Berdasarkan catatan Jetpac Resource Center dan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), saat ini Muslim Amerika memecahkan rekor.


Washington Post dalam artikelnya menulis sebanyak 145 kandidat Muslim Amerika mencalonkan diri untuk jabatan lokal, negara bagian, dan federal dalam pemilihan sela. Ini termasuk 48 kandidat legislatif negara bagian yang mencalonkan diri di 23 negara bagian.

Hasilnya, lebih dari 80 kandidat Muslim memenangkan kursi lokal, negara bagian, federal dan yudisial di lebih dari 20 negara bagian. Data tersebut berasal dari laporan CAIR dan Jetpac Resource Center, sebuah organisasi nirlaba yang bekerja untuk meningkatkan perwakilan Muslim di pemerintahan dan politik AS.

Ini menandakan jumlah kemenangan elektoral tertinggi di antara Muslim Amerika sejak Jetpac dan CAIR mulai meneliti. Pada 2020, sebanyak 71 Muslim terpilih.

Jetpac juga mendokumentasikan rekor jumlah Muslim yang mencalonkan diri untuk kursi legislatif negara bagian, termasuk 20 pejawat Muslim yang berhasil mencalonkan diri kembali; dua anggota parlemen yang ditunjuk yang mencalonkan diri untuk masa jabatan penuh dan membuat sejarah sebagai Muslim pertama yang terpilih menjadi anggota legislatif negara bagian mereka masing-masing. Ini masih ditambah 17 calon Muslim baru yang memenangkan kampanye mereka.

Direktur Eksekutif Jetpac Mohammed Missouri mengatakan semua legislator Muslim di negara bagian yang mencalonkan diri untuk dipilih kembali berhasil mempertahankan kursi mereka.

Di tingkat nasional, kemenangan Muslim di Dewan Perwakilan Rakyat diraih pejawat Andre Carson dari Indiana, Ilhan Omar dari Minnesota, dan Rashida Tlaib dari Michigan.

Pemilihan sela dilakukan untuk memilih anggota Kongres, yang terdiri dari dua bagian, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives) dan Senat. Pemungutan suara sela (paruh waktu) diadakan setiap dua tahun dan ketika jatuh di tengah masa jabatan empat tahun presiden, maka disebut paruh waktu.

Kongres membuat undang-undang nasional. DPR memutuskan undang-undang mana yang dipilih, sementara Senat dapat memblokir atau menyetujuinya, mengonfirmasi penunjukan yang dibuat oleh presiden, dan melakukan penyelidikan apa pun terhadapnya, meski jarang terjadi.

Profesor politik di Universitas George Washington Gary Norderlinger menggarisbawahi pemilu sela memegang peranan penting karena siapa pun yang mengendalikan DPR atau Senat, artinya mereka mengendalikan agenda.

Partai mayoritas menentukan siapa yang memimpin komite kongres yang penting. Kemampuan seorang presiden untuk menyelesaikan agendanya berkaitan dengan apakah partainya mengendalikan DPR dan Senat.

Dari 80 Muslim yang terpilih, banyak di antaranya merupakan Muslim pertama yang duduk di jabatan legislatif. Hal ini patut disambut gembira karena otomatis kepentingan dan suara Muslim akan terwakili mengingat besarnya jumlah populasi Muslim.

Sebuah survei teranyar terhadap jamaah Amerika oleh Sensus Agama AS menunjukkan jumlah Muslim yang berpartisipasi sholat masjid meningkat dari 2,6 juta pada 2010 menjadi 4,5 juta pada 2020 atau meningkat 75 persen. Ada sekitar 3,5 juta Muslim di AS.

Ini menjadikan Islam sebagai agama terbesar ketiga di AS atau sekitar satu persen dari total populasi. Pew Research Center memproyeksikan pada 2040, Islam akan menjadi agama terbesar kedua di Amerika Serikat.

Namun, ada suara yang menilai Muslim yang terpilih tergolong liberal dan belum cukup mengakomodir nilai-nilai tradisional Islam. Ini terlihat dari pergeseran pilihan partai politik dalam pemilu sela.

Exit poll Wall Street Journal mengungkap 28 persen Muslim memilih kandidat dari Partai Republik. Angka tersebut naik 11 persen dibandingkan pada pemilu sela 2018.

Bagaimana pun, rekor keterwakilan Muslim dalam badan legislatif AS menunjukkan 'kekuatan' komunitas ini. Dunia menyaksikan kemajuan yang dibuat komunitas Muslim dalam bidang politik. Muslim di AS kini tidak lagi termarginalkan dan terpinggirkan. Muslim bisa juga menjadi suara penentu alias decision maker.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler