Ketika Harun Ar-Rasyid Menangis Karena Puisi Abu Atahiyah
IHRAM.CO.ID, Suatu hari Khalifah Harun ar-Rasyid--penguasa Dinasti Abbasiyah ke-5 yang berkuasa pada 786 hingga 809 M--mengundang seorang penyair terkemuka bernama Abul Atahiyah ke istananya yang megah. Khalifah menyajikan sebuah jamuan yang istimewa dan mewah untuk sang pujangga, berupa hidangan-hidangan yang amat lezat.
"Buat aku syair yang menerangkan segala kenikmatan yang ada pada diriku, wahai Abul Atahiyah,"ujar Khalifah Harun ar-Rasyid.
Penyair ulung itu kemudian melantunkan syairnya, Hiduplah dengan suka cita untuk menikmati karunia yang ada di bawah naungan istana. Khalifah Harun ar-Rasyid tersenyum.
"Syairmu sangat bagus wahai Abul Atahiyah. Teruskanlah syairmu,"kata Khalifah.
Penyair itu kembali merangkai kata-katanya.
Orang-orang berusaha untuk mendapatkan apa yang kamu nikmati di waktu pagi dan sore
Lagi-lagi, Khalifah Harun ar-Rasyid memuji syair Abul Atahiyah. "Bagus, bisakah kau teruskan lagi?
Abul Atahiyah lalu meneruskan syairnya.
Jika orang-orang merasa gelisah karena mereka sedang sekarat. Jika dirimu merasa yakin di akhirat ada suatu pertanggungjawaban, lalu mengapa dirimu selalu tertipu.
Mendengar syair terakhir, raut wajah Khalifah berubah seketika. Senyum yang mengembang berubah menjadi kesedihan. Harun ar-Rasyid lalu menangis. Seorang menteri segera menegur Abul Atahiyah, "Amirul Mukminin mengundangmu untuk menghiburnya. Lalu, mengapa engkau membuatnya sedih?"
Khalifah Harun ar-Rasyid berkata, "Maafkan Abul Atahiyah."
Dia mengetahui kalau kita sedang cinta buta terhadap dunia. Dia tidak ingin kami berlarut-larut dalam kesalahan. Begitulah, Abul Atahiyah mengingatkan dan menyindir para penguasa agar tak terlena dengan jabatan dan takhta yang sedang didudukinya. Ia berdakwah lewat syair-syairnya yang mengguncang.