Ponpes Ta'mirul Islam Minta Maaf Akibat Kasus Santri Meninggal Diduga Dianiaya Senior

Halim mengaku terduga pelaku penganiayaan dikeluarkan dari ponpes.

Penganiayaan (Ilustrasi)
Rep: C02 Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO–Pihak pondok pesantren (ponpes) Ta'mirul Islam menyampaikan permohonan maaf secara resmi setelah kasus meninggalnya salah satu santri Daffa Washif Waluyo (15 tahun). Daffa meninggal diduga karena dianiaya seniornya di ponpes.

Pimpinan Pondok Pesantren Ta'mirul Islam, Mohammad Halim menyampaikan belasungkawa atas peristiwa tersebut. "Kami segenap pengasuh dan pengajar di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya atas masukan, saran, bahkan kritikan dari seluruh lapisan masyarakat berkaitan peristiwa meninggalnya ananda kami Daffa Washlaf Waluyo dari Ngawi. Ini semua akan kami jadikan catatan dan pelajaran berharga buat segenap Pengasuh dan Pengajar di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam," katanya, berdasarkan keterangan yang diterima Republika.coid, Rabu (23/11/2022), .

Mohammad Halim menyampaikan beberapa hal terkait kasus ini. Pertama, Pimpinan Pondok Pesantren Ta'mirul islam memohon maaf dan belasungkawa atas meninggalnya ananda Daffa Washif Waluyo serta penyesalan yang sebesar-besarnya atas meninggalnya almarhum kepada orang tua dan keluarga almarhum. "Kami berharap agar peristiwa kekerasan serupa yang dilakukan oleh senior/kakak kelas/teman tidak terjadi lagi dikemudian hari," tutur Halim.

Baca Juga



Kedua, menurut Halim, seluruh santri sudah seperti anak-anaknya, karena sudah diamanahkan dan dititipkan dari para orang tua mereka untuk diasuh dan dididik. Halim mengaku, wafatnya almarhum merupakan duka cita dan kesedihan yang mendalam bagi seluruh pihak di ponpes.

"Bukan hanya bagi orangtua almarhum dan keluarga almarhum, tapi juga bagi kami para pengasuh, asatidz, ratusan santri, bahkan seluruh alumni dan keluarga besar Pondok Pesantren Ta'mirul Islam dimanapun berada. Wafatnya almarhum adalah kesedihan bagi kita semua. Insya Allah almarhum wafat sebagai syahid fisabilillah," ujarnya.

Ketiga, Halim mengajak seluruh santri, asatidz, alumni, dan wali santri
Ta'mirul Islam dimanapun berada untuk mengirimkan doa. Baik untuk almarhum Daffa Washif Waluyo maupun untuk kebaikan keluarga almarhum dan pondok pesantren Ta'mirul Islam.

Keempat, Halim menjelaskan, kekerasan di Pondok Pesantren Ta'mirul Islam dalam bentuk apapun, baik untuk menegakkan disiplin ataupun pemberian hukuman sudah dilarang. "Adapun kekerasan yang terjadi adalah sebuah pengkhianatan terhadap amanat yang kami berikan dan tindakan kekerasan yang berujung pada wafatnya ananda kami ini, adalah dilakukan oleh satu orang," tegasnya.

Kelima, Halim mengaku, pihak ponpes berkomitmen untuk menyelesaikan kasus ini sampai tuntas dengan mengikuti setiap proses hukum yang ada bersama dengan keluarga almarhum dan aparat kepolisian. "Sebagai bentuk komitmen itu, alhamdulilah telah dilakukan pemeriksaan dan penyidikan oleh Kepolisian Resor Sragen. Dan atas nama Pimpinan Pondok Pesantren Ta'mirul Islam, kami ucapkan terima kasih kepada Kapolres Sragen berikut jajarannya," tegasnya.

Keenam, pihaknya menegaskan sekali lagi tidak memungkiri terkait adanya dugaan tindakan kekerasan yang berujung pada wafatnya santrinya. Adapun kronologi kejadian, pihak ponpes menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian. Termasuk tentang motif di balik dugaan kekerasan yang berujung pada meninggalnya almarhum.

"Sebagai wujud komitmen kami, pelaku kekerasaan akan kami keluarkan dan kami kembalikan ke orangtua. Dan selanjutnya kami akan tetap bekerja sama dengan kepolisian terkait penyelesaian masalah ini," tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler