Prediksi Uruguay Vs Korsel, Raksasa Tertidur Vs Macan Asia

Baik Uruguay maupun Korsel punya sejumlah pemain top yang merumput di Eropa.

AP/Hassan Ammar
Anggota timnas sepak bola Uruguay tiba di bandara Internasional Hamad di Doha, Qatar, Sabtu, 19 November 2022 menjelang Piala Dunia 2022. Uruguay akan memainkan pertandingan pertama di Piala Dunia melawan Korea Selatan pada 24 November 2022.
Rep: Frederikus Bata Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, AR RAYYAN -- Uruguay salah satu dari delapan negara yang sudah merasakan nikmatnya menjadi juara dunia sepak bola putra. La Celeste berada di singgasana pada edisi 1930 dan 1950.

Puluhan tahun yang lalu. Di kawasannya sendiri, tim tersebut mengoleksi 15 gelar Copa America. Sangat layak disebut raksasa.

Berjalannya waktu, the Sky Blue bak raksasa tertidur. Uruguay sulit menandingi keperkasaan para tetangga seperti Argentina dan Brasil. Di panggung yang lebih luas, skuad yang kini dilatih Diego Alonso keteteran mengikuti perkembangan para elite Eropa di era modern.

Meski demikian, tak bisa dimungkiri, Uruguay tetap diperhitungkan ketika tampil di turnamen bergengsi. Sepak bola masih menjadi magnet dari negara berpenduduk tiga setengah juta jiwa itu.

Dalam buku berjudul From Beauty to Duty, penulis Martin da Cruz menjelaskan peran sebak bola dalam pembangunan bangsa di Uruguay. Ia merinci dari berbagai fase. Salah satunya, ketika perang saudara berlangsung, surat kabar milik pemerintah tidak dapat menulis tentang revolusi. "Sepak bola mengisi kekosongan," kata Martin, dikutip dari Sky Sports, Rabu (23/11/2022).

Olahraga itu berkembang pesat di sana. Medali emas Olimpiade 1924 dan 1928 memicu kebanggaan nasional. Ditambah lagi dengan keberhasilan meraih trofi Piala Dunia, beberapa tahun kemudian.

Pencapaian tersebut bergema selama berabad-abad. Mendefenisikan Le Celeste yang dulu, sekarang, dan di masa depan. Kini Luis Suarez dkk siap berpetualang di Qatar.

Jutaan penduduknya tetap berharap banyak. Seperti kata penulis dan penyair Eduardo Galeano, setiap kali timnas Uruguay bermain, tidak peduli melawan siapa, negara menahan nafas. Politisi, penyanyi, pedagang kaki lima, berhenti berbicara. Kekasih menangguhkan belaiannya, hingga lalat pun seakan berhenti terbang.

Artinya, status uruguay sebagai kekuatan super di jagat lapangan hijau masih terasa. "Ini kisah sepak bola yang luar biasa, tetapi seharusnya tidak mengejutkan. Meski kecil, Uruguay negara Amerika Selatan pertama yang menanamkan sepak bola ke dalam kebiasaan nasional dan menghasilkan budaya yang tepat," ujar Da Cruz.

Berjalannya waktu, Le Celeste memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Ini agar tidak sekadar berbicara tentang sejarah masa lalu. Di dalam negeri sendiri, uang dan infrastruktur sepak bola Uruguay tertinggal dari para tetangga di level elite lainnya.

Namun ada satu hal yang konsisten dipertahankan. Uruguay selalu menghasilkan bakat hebat yang piawai berlaga di level tertinggi .

Nama-nama seperti Diego Forlan, Luis Suarez, serta Edinson Cavani, benderang di Eropa. Belakangan ada sosok baru seperti Martin Satriano hingga Darwin Nunez. Sosok yang disebut terakhir siap menjadi andalan timnasnya di Piala Dunia 2022 Qatar.

Pasukan Diego Alonso bertemu Korea Selatan (Korsel) pada laga perdana Grup H. Duel tersebut berlangsung di Education City Stadium, Doha, Kamis (24/11) malam WIB. Nunez paham apa arti laga pertama di kompetisi seperti ini.

"Kami tahu kami bukan favorit (juara), tapi kami akan berjuang. Kami ingin melangkah jauh meski lawan tim kuat. Target kami adalah memenangkan Piala Dunia," ujar bomber klub Liverpool itu, dikutip dari mirror.co.uk.

Tepat seperti yang digambarkan Nunez. Korsel bukan lawan sembarangan. Sang raksasa tertidur bakal meladeni ketangguhan Macan Asia.

Nama besar Ksatria Taegeuk di Benua Kuning tak perlu diragukan lagi. Kini negara berperingkat 28 FIFA itu konsisten melahirkan sederet bakat berkelas yang berkarier di Eropa. Fakta demikian, otomatis memengaruhi mentalitas Korsel ketika tampil di level atas.

Khusus di Piala Dunia, Korxel pernah membuat sejarah. Pada 2002 lalu, Ksatria Taegeuk melaju hingga semifinal. Namun menjelang agenda di Qatar, legenda Korsel, Koo Ja-Cheol meminta generasi terbaru melupakan kenangan itu.

"Saya tidak suka berbicara tentang sejarah Piala Dunia 2022. Itu pengalaman yang sangat hebat bagi orang-orang, tetapi bagi para pemain, saya merasa pencapaian itu selalu memberikan tekanan," ujar tokoh yang kini menjadi pundit televisi di negaranya tersebut.

Ja-Cheol meminta para yuniornya menikmati tantangan di depan mata. Menurutnya, target realistis Son Heung-min dkk adalah melewati penyisihan grup. Tapi sebelum memikirkan tujuan itu, anak asuh Paulo Bento perlu meredam Uruguay.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler