Tantangan Sutradara She Said Bawa Proses Investigasi ke Layar Lebar

Keberhasilan investigasi jurnalis New York Times cetuskan gerakan #MeToo.

Dok Universal Pictures
Foto adegan film She Said yang tayang di bioskop mulai 25 November 2022.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Maria Schrader menghadapi serangkaian tantangan dalam membawa She Said ke layar lebar. Film itu menceritakan proses investigasi yang dilakukan dua jurnalis perempuan dari New York Times tentang isu pelecehan seksual di dunia kerja.

Dua wartawan itu, Megan Twohey (Carey Mulligan) dan Jodi Kantor (Zoe Kazan) berusaha mengakses sejumlah narasumber, baik korban maupun pihak-pihak yang terlibat. Keberhasilan investigasi mereka membuat tercetusnya gerakan #MeToo yang melawan segala bentuk pelecehan seksual dan kekerasan seksual.

She Said tayang di bioskop Indonesia mulai 25 November 2022. Sutradara Schrader menyampaikan, tantangan beratnya adalah menggambarkan dedikasi, proses riset, serta ketekunan para wartawan. Dia ingin audiens ikut merasakan pengalaman para reporter yang menyelidiki kisah rumit tersebut, berikut berbagai kegagalan dan jalan buntu yang dihadapi.

"Materi yang ada sangat kaya, tantangannya adalah mengungkap detailnya, tidak meninggikan atau melebih-lebihkan apa yang sudah ada," ucap Schrader, dikutip dari catatan produksi film.

Baca Juga


Meski begitu, Schrader juga tidak ingin hasil akhir She Said seperti film dokumenter.  Untuk itu, dia banyak mengeksplorasi emosi, ekspresi wajah, serta bahasa tubuh, selain dialog para pemeran. Perempuan 57 tahun itu berusaha menemukan cara untuk mendramatisasi proses pengumpulan berita. Dia juga merujuk sejumlah film thriller investigasi, termasuk All the President's Men dan Spotlight.

Kasus pelecehan seksual yang secara spesifik didalami adalah yang melibatkan produser film kenamaan Harvey Weinstein. Akan tetapi, Schrader memilih untuk tidak banyak memunculkan sosok itu. Film hanya menyertakan rekaman audio yang menampilkan suaranya.



Ada adegan terbatas di mana karakter Weinstein muncul di film, namun hanya ditampilkan dari belakang. Penonton tidak bisa melihat wajah aktor yang memerankan Weinstein dalam film.

Pertimbangan Schrader, film cenderung menyoroti perspektif dan pengalaman para jurnalis serta kesaksian dari orang-orang yang mereka ajak bicara. Saat Schrader dan tim produksi film mulai bekerja, mereka sengaja mengumpulkan dan mencari tim kreatif yang mayoritas perempuan.

"Kisah ini adalah tentang para perempuan yang berdiri, berbicara, dan menyatukan kekuatan mereka, dan rasanya tepat jika para perempuan juga memimpin upaya untuk membawanya ke layar," ungkap Schrader.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler