Tantangan Agen Properti Semakin Berat

Saat ini ketidakpastian sungguh nyata namun Indonesia beruntung ekonomi masih tumbuh.

Istimewa
AREBI juga menggelar acara akbar tahunan The Biggest Real Estate Summit 2022 bertema Go Digital Or Go Home pada Kamis (24/11).
Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tantangan yang dihadapi oleh agen properti ke depan akan semakin berat. Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong mengatakan agen properti dalam bekerja tidak bisa lagi menggunakan cara lama, konvensional, tetapi harus lebih kreatif dan inovatif. 


Teknologi yang berkembang pesat di era digital harus dimanfaatkan. “Broker properti harus bekerja lebih profesional di saat seperti ini agar bisa meraih transaksi. Konsumen sudah semakin kritis dan teredukasi," ujarnya. "Mereka meminta pelayanan paripurna dan menyeluruh dari broker properti."

Menghadapi tantangan ini, AREBI akan rajin membuat kegiatan untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan networkingLukas Bong juga akan terus mendorong profesionalisme broker properti melalui sertifikasi. Dengan memiliki sertifikat atau lisensi, broker properti dianggap sudah memiliki kemampuan menjalankan pekerjaan sebagai broker properti. 

AREBI juga akan terus mendorong agar perusahaan broker properti memiliki legalitas sesuai aturan yang ditetapkan pemerintah. “Saat ini memang sudah tidak berlaku lagi Surat Izin Usaha Perusahaan Perantara Perdagangan Properti (SIU-P4), hanya Nomor Induk Berusaha (NIB). Namun untuk mendapatkan NIB perusahaan agen properti tetap harus memenuhi syarat seperti  SIU-P4 yakni setiap perusahaan agen properti wajib memiliki 2 tenaga ahli bersertifikat,” ujar dia. 

Sepanjang 2022, Lukas Bong menilai pasar properti terus tumbuh karena didorong sejumlah faktor. Antara lain, pandemi Covid-19 yang semakin terkendali, relaksasi dan banyaknya stimulus di sektor properti. Lalu strategi pengembang yang jitu seperti memasarkan rumah seharga di bawah Rp1 miliar dengan memperkecil luasan tanah dan bangunan, juga desain yang menarik dan fungsional.

Tahun 2023, AREBI optimistis sektor ini tetap bertumbuh walapun tekanan terhadap pasar properti sangat besar. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat inflasi, naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR), ancaman resesi, dan memasuki tahun politik. 

“Kebutuhan properti di Indonesia sangat besar akibat populasi yang terus meningkat, backlog perumahan tinggi, dan  properti tidak hanya kebutuhan utama tetapi juga menjadi investasi,” kata dia. 

AREBI menggelar Rapat Kerja Nasional II (Rakernas) 2022 di Jakarta, Rabu (23/11) bertemakan “Kompeten, Profesional, dan Berintegritas”. Selain itu, organisasi ini juga menggelar acara akbar tahunan  “The Biggest Real Estate Summit 2022” bertema  “Go Digital Or Go Home” pada Kamis (24/11).

Saat membuka The Biggest Real Estate Summit 2022, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, menapresiasi kiprah AREBI yang secara konsisten selama 30 tahun menjadi mitra pemerintah dalam mencetak broker properti yang profesional. Saat ini ketidakpastian sungguh nyata namun Indonesia beruntung ekonomi masih tumbuh. 

“Saya mengajak agar kita bersama-sama untuk bekerja keras agar ekonomi Indonesia tetap tumbuh dan AREBI terus memberi kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Mendag. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler