Lembaran Kertas Putih Simbol Kemarahan Warga China
Warga China marah atas pembatasan Covid-19 yang dinilai terlalu berlebihan.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Lembaran kertas kosong menjadi simbol bagi pengunjuk rasa di China untuk menungkapkan kemarahan mereka atas pembatasan Covid-19 yang dinilai terlalu berlebihan. Aksi protes telah meluas di sejumlah wilayah di China, termasuk di perguruan tinggi terkemuka.
Foto dan video yang beredar di media sosial menunjukkan mahasiswa di beberapa kota, termasuk Nanjing dan Beijing, memegang kertas kosong sebagai bentuk protes diam-diam. Taktik ini digunakan untuk menghindari penyensoran atau penangkapan. China menetapkan kebijakan nol Covid-19 yang ketat, ketika sebagian besar dunia mencoba hidup berdampingan dengan virus corona.
Gelombang kemarahan terbaru dipicu oleh kebakaran apartemen yang menewaskan 10 orang pada Kamis (24/11/2022) di Urumqi. Insiden ini memicu spekulasi bahwa tindakan penguncian Covid-19 mungkin telah menghambat penyelamatan penduduk.
Di Shanghai pengunjuk rasa mulai berkumpul pada Sabtu (26/11/2022) malam untuk menyalakan lilin bagi para korban kebakaran di Urumqi sambil mengangkat kertas kosong. Sebuah video yang dibagikan secara luas menunjukkan seorang wanita berdiri sendirian di tangga Universitas Komunikasi China di kota timur Nanjing dengan selembar kertas kosong, sebelum seorang pria tak dikenal masuk ke tempat kejadian dan menangkapnya.
Foto-foto lain menunjukkan puluhan orang mengangkat lembaran kertas kosong, sembari diterangi senter dari ponsel mereka. Seorang pria kemudian terlihat menegur kerumunan atas protes tersebut.
"Suatu hari Anda akan membayar semua yang Anda lakukan hari ini," kata pria itu dalam video yang dilihat oleh Reuters.
"Negara juga harus membayar harga atas apa yang telah dilakukannya," teriak orang-orang dari kerumunan.
Lembaran kertas kosong juga dipegang oleh orang-orang yang berkumpul di halaman Universitas Tsinghua di Beijing pada Ahad (27/11). Mereka juga menyanyikan lagu kebangsaan China. Menurut pesan yang dibagikan di secara luas di aplikasi obrolan, para pengunjuk rasa disarankan untuk membawa selembar kertas putih dalam setiap aksi protes.
Seorang warga Beijing bermarga Wang menggambarkan kesedihannya saat mendengar tentang "bencana sekunder" yang melibatkan kebijakan Covid-19. Wang mengacu pada insiden di China yang memicu kemarahan di media sosial, termasuk seorang wanita hamil yang mengalami keguguran setelah ditolak masuk ke rumah sakit Xian pada Januari, dan kecelakaan mematikan sebuah bus di Guizhou yang mengangkut orang yang sedang dikarantina, dan seorang anak laki-laki di Lanzhou yang meninggal karena keracunan gas saat menjalani lockdown atau penguncian.
"Semua itu bisa terjadi pada saya atau istri saya," kata Wang kepada Reuters.
Beberapa pengguna Internet menunjukkan solidaritas dengan memposting kotak putih kosong atau foto diri mereka sendiri yang sedang memegang kertas kosong di timeline WeChat atau di Weibo. Pada Ahad pagi, tagar "kertas putih" diblokir di Weibo. Langkah ini mendorong warganet mengkritisi kebijakan penyensoran.
"Jika Anda takut pada selembar kertas kosong, Anda lemah," tulis seorang pengguna Weibo.
Sebelumnya pada 2020 di Hong Kong, para aktivis juga mengangkat lembaran kertas putih kosong sebagai protes untuk menghindari slogan-slogan yang dilarang berdasarkan undang-undang keamanan nasional kota yang baru. Undang-undang ini diberlakukan setelah protes besar-besaran pada 2019. Pengunjuk rasa di Moskow juga menggunakan kertas putih kosong untuk memprotes perang Rusia dengan Ukraina.