Masjid Regent’s Park, Pusat Kebudayaan Islam di Inggris
IHRAM.CO.ID, Sejak diakui sebagai agama resmi melalui Trinitarian Act pada 1812, Islam makin berkembang pesat di Inggris. Kini, Islam menjadi agama kedua terbesar di negeri Ratu Elizabeth itu. Jumlah pemeluk Islam di Inggris mencapai 2,4 juta jiwa.
Menurut BBC News, pertumbuhan jumlah penganut Islam di Inggris dibuktikan dengan sebaran bangunan masjid yang terdapat di negeri itu. Jumlah masjid di Inggris telah mencapai sekitar 1.500 buah. Umat Islam di Inggris mayoritas menganut aliran Sunni.
Salah satu bangunan masjid yang megah di Inggris adalah Masjid Regent’s Park. Masjid yang terletak di London ibu kota Inggris itu juga sering disebut dengan nama Masjid Pusat London. Masjid itu merupakan tempat ibadah umat Islam terbesar di London, Inggris, sekaligus pusat kegiatan rohani umat Islam di negara Eropa Utara tersebut.
Karena itu, tak mengherankan jika Masjid Regent’s Park ini juga berperan sebagai Pusat Kebudayaan Islam di Inggris. Pembangunan masjid di London merupakan mimpi umat Islam yang telah diperjuangkan selama periode 1900 hingga 1939. Salah satunya dilakukan Lord Headley.
Proyek pembangunan masjid itu didanai oleh Nizam dari Hyderabad. Kemudian, Lord Lloyd dari Dolobran (1879-1941), sekretaris dari negara untuk koloni, dan mantan presiden British Council bekerja sama dengan Komite Masjid yang terdiri atas berbagai tokoh Muslim dan duta besar di London juga mengupayakan pembangunan masjid tersebut. Namun, semua upaya tersebut menemui hambatan.
Pada 1940, Pemerintah Inggris berhasil diyakinkan untuk membangun sebuah masjid di London bagi komunitas Muslim Inggris. Untuk merealisasikan rencana itu, pada 24 Oktober 1940, Kabinet Perang Perdana Menteri Winston Churchill mengalokasikan anggaran sebesar 100 ribu pounds untuk membeli sebuah situs yang nantinya akan dibangun sebuah masjid. Lokasi yang dipilih adalah sebuah lahan seluas 2,3 acre (9307,69 meter persegi) yang berada tak jauh dari kawasan Regent’s Park.
Masjid Regent’s Park didirikan selama Perang Dunia II. Pembangunan masjid ini bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan keislaman di Inggris yang dapat dilakukan dengan membangun masjid dan Pusat Kebudayaan Islam.
Pembangunan Masjid Regent’s Park juga menjadi bukti pengakuan dari Kerajaan Inggris terhadap keberadaan komunitas Muslim. Terlebih, umat Islam di negara tersebut telah memberikan dukungannya kepada Inggris dan sekutunya selama berlangsungnya perang.
Setelah realisasi pembangunannya sempat tertunda, akhirnya pada 1969, dibuka kompetisi internasional yang diselenggarakan untuk desain bangunan Masjid Regent’s Park. James Steele dalam tulisannya yang bertajuk Mosque and Islamic Cultural Centre Regent’s Park, London” mengungkapkan kompetisi itu diikuti oleh 52 peserta, baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh Sir Frederick Gibberd dari Inggris.
Sebanyak dua juta pounds dana disumbangkan untuk pembangunan Islamic Cultural Centre oleh Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud dari Arab Saudi. Bantuan lebih lanjut diberikan oleh penguasa Syekh Zayed bin Sultan Al Nahyan dari Abu Dhabi dan Presiden Uni Emirat Arab. Pada 1974, pekerjaan konstruksi dimulai. Pada Juli 1977, pekerjaan telah selesai dengan total biaya sebesar 6,5 juta pounds.
Masjid Regent’s Park bukan sekadar tempat ibadah bagi umat Islam. Masjid pusat London yang mampu menampung 5.000 jamaah itu dilengkapi dengan perpustakaan yang berada di lantai dua dan juga dilengkapi dengan kantin yang menyediakan makanan halal.
Sebab, agak susah juga mencari makanan halal di London, ujar Deden Mauli Darajat, mahasiswa pascasarjana Universitas Ankara, Turki, yang pernah berkunjung ke masjid itu. Selain itu, di lantai dasar masjid tersebut juga terdapat toko buku. Tentu saja buku yang dijual adalah buku-buku Islami yang berbahasa Inggris.
Masjid ini didirikan pada 1977 yang dirancang oleh arsitek Sir Frederick Gibberd. Masjid ini memiliki kubah emas terkemuka. Ruang utama dapat menahan lebih dari 5.000 jamaah. Masjid ini bergabung dengan Pusat Kebudayaan Islam yang secara resmi dibuka oleh Raja George VI pada 1944.
Peresmian ini sebagai hadiah tanpa syarat kepada komunitas Muslim Inggris, termasuk tanah untuk pembangunan tersebut yang disumbangkan oleh George VI. Ini diberikan sebagai imbalan sebuah situs di Kairo untuk katedral Anglikan.