Sederet Alasan Rendahnya Tingkat Keberhasilan Tendangan Penalti di Piala Dunia 2022

Tingkat konversi gol dari titik penalti di Piala Dunia 2022 di bawah 61 persen

AP/Ebrahim Noroozi
Kiper Maroko Yassine Bounou menghentikan tembakan penalti oleh Sergio Busquets dari Spanyol selama adu penalti pertandingan sepak bola babak 16 besar Piala Dunia antara Maroko dan Spanyol, di Stadion Education City di Al Rayyan, Qatar, Selasa, 6 Desember 2022.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID,  DOHA -- Hingga Piala Dunia 2022 tengah menginjak babak 16 besar, setidaknya ada 30 tendangan penalti, termasuk dalam babak adu penalti. Namun, dari 30 kesempatan tendangan dari titik 12 pas tersebut, hanya 17 yang mampu berbuah menjadi gol. 


Catatan tendangan penalti ini termasuk saat Maroko berhasil menyingkirkan Spanyol via babak adu penalti di babak 16 besar Piala Dunia 2022, Rabu (7/12) dini hari WIB. Dalam laga di Stadion Education City tersebut, Maroko sukses menghempaskan Spanyol, 3-0, lewat babak adu penalti.

Dalam babak adu penalti tersebut, tiga pemain Maroko berhasil mencetak gol dan hanya satu yang gagal melaksanakan tugasnya, yaitu Badr Benoun. Namun, dari kubu Spanyol, semua eksekutor gagal mengemban tugas merobek gawang Maroko, mulai dari Pablo Sarabia, Carlos Soler, hingga kapten tim, Sergio Busquets. 

Ini menjadi babak penalti kedua yang digelar di sepanjang Piala Dunia 2022. Sebelumnya, laga Kroasia kontra Jepang juga harus ditentukan via babak adu penalti. 

Vatreni, julukan Kroasia, berhasil menundukan Jepang, 3-1, pada akhir laga. Di laga tersebut, tiga pemain Jepang gagal mencetak gol di babak adu penalti. Sementara dari kubu Kroasia, Marko Livaja, menjadi satu-satunaya pemain yang gagal menunaikan tugasnya. 

Secara khusus, tingkat konversi gol dari titik penalti di Piala Dunia 2022 diketahui kurang dari 61 persen. Mantan penyerang Timnas Inggris, Alan Shearer, menilai, teknik dari para penendang penalti tersebut menjadi salah satu alasan rendahnya konversi gol lewat titik penalti.

"Para penendang Jepang terlihat seperti tidak pernah berlatih tendangan penalti. Mereka menendang dengan begitu lemah. Apa yang terjadi dengan teknik menempakan bola, pilih arah sepakan, dan tendang sekeras mungkin?," ujar Shearer kepada BBC. 

Kecuali dari babak adu penalti, ada 15 tendangan penalti selama 90 menit laga di Piala Dunia 2022. Dari 15 tendangan penalti tersebut, lima penalti berujung pada kegagalan. Penyerang Timnas Polandia, Robert Lewandowski, pun sempat gagal mengeksekusi tendangan penalti. 

Seperti halnya Shearer, mantan bek tengah Timnas Inggris, Rio Ferdinand, juga menyoroti soal teknik penendang penalti. Saat ini, penendang penalti memiliki kecenderungan untuk meninggalkan teknik pengambilan penalti dengan sepakan keras. Para penendang penalti lebih sering berusaha mengelabui penjaga gawang dengan melakukan gerakan awal yang cukup lambat. 

"Sangat aneh, sebenarnya mereka memiliki pilihan menendang dengan begitu keras. Jika Anda mengambil ancang-ancang yang kokoh, Anda bisa menendangnya dengan keras. Gaya Alan Shearer saat menjadi eksekutor bisa menjadi acuan. Dia terlihat begitu pecaya diri dengan melepaskan tendangan keras," kata Ferdinand seperti dikutip BBC. 

Sementara dari perspektif penjaga gawang, mantan kiper Timnas Australia, Mark Schwarzer, memiliki penilaian tersendiri. Pada saat ini, penjaga gawang dianggap memiliki keuntungan tersendiri via berbagai penelitian tentangn tendangan penalti. Lewat berbagai studi dan penelitian tersebut, para penjaga gawang bisa memprediksi kecenderungan arah dari tendangan penalti.

"Sudah ada begitu banyak penelitian soal itu, dan posisi penjaga gawang lebih diuntungkan. Tekanan terbesar sebenarnya selalu berada di penendang. Penjaga gawang bisa bersiap dengan berbagai kemungkinan arah tendangan berdasarkan riset yang telah dilakukan. Karena itu, pada saat ini, posisi penjaga gawang lebih diuntungkan," ujar pengoleksi caps terbanyak sepanjang sejarah Timnas Australia tersebut. 

Pandangan serupa juga diungkapkan mantan penyerang Leeds United, Michael Bridges. Selain faktor tekanan dan beban mental yang diemban oleh penendang, penjaga gawang juga memiliki keuntungan tersendiri dengan modal analisa dan probabilitas arah tendangan penalti dari seorang pemain.

"Mungkin, para pemain bisa berlatih tendangan penalti. Namun, tidak ada yang bisa menggantikan tekanan di stadion. Belum lagi dengan harapan kepada Anda agar bisa mencetak gol demi tim. Selain itu, para penjaga gawang juga tentu sudah melakukan pekerjaan rumah mereka. Para penjaga gawang sudah mendapatkan informasi soal riwayat penalti pemain tertentu. Mereka bisa berkata,'saya tahu ke arah mana Anda akan menendang, karena saya telah melihat tujuh tendangan penalti terakhir Anda," ujar Bridges.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler