Razia Sultana Ratu Pertama di Dunia Islam
IHRAM.CO.ID, Kedudukan wanita di anak benua India pada abad ke-13 M cenderung terpinggirkan. Bahkan, dimasa itu, politik, sastra, dan pendidikan masih menjadi sesuatu yang tabu bagi kaum hawa di negeri Hindustan. Namun, keadaan itu mulai berubah seiring tampilnya seorang ratu Muslim (sultana) yang menduduki tahta Kesultanan Delhi. Wanita penguasa yang menduduki tahta Dinasti Mamluk di Delhi itu bernama Razia Sultana.
Munculnya sultana gelar bagi ratu di dunia Islam ke pentas kekuasaan telah membawa semangat perubahan. Posisi perempuan yang sebelumnya terpinggirkan di masyarakat Hindu dan Muslim India, kini mulai diperhitungkan. Sultana yang memiliki nama kehormatan Jalalatud-Din Raziya itu terbukti mampu memimpin rakyat di daratan India, meski cuma selama 3,5 tahun.
Sepanjang 1236 M hingga 1240 M menduduki tahta Kesultanan Delhi, Razia Sultana sukses memimpin rakyat India yang terbentang dari Delhi di sebelah timur hingga Peshawar di bagian barat serta Kashmir di belahan utara sampai Multan di arah selatan. Sejarah mencatat, di era kekuasaannya Razia Sultana mampu membangun Kesultanan Delhi menjadi kerajaan yang disegani.
Razia Sultana dikenal sebagai Musli mah penguasa yang mumpuni. Ia merupakan seorang pemimpin berbakat, bijak, dan pemberani. Kemampuannya dalam mengatur pemerintah dan bertempur sama-sama hebatnya. Razia Sultana juga merupakan seorang ksatria wanita yang sangat luar biasa. Maklum saja, sejak belia sang Ratu yang lincah dan enerjik itu sudah ditempa kemampuan bela diri dan berperang.
Strategi memimpin pasukan serta mengatur kerajaan juga dipelajarinya. Atas dasar kompetensi serta kualitas kepemimpinannya itulah, sang ayah Shamsuddin Iltutmush (1211 M - 1236 M)Sultan Delhi ketiga yang berasal dari Dinasti Mamluk mengangkat sang putri sebagai pewaris tahta. Sebenarnya, Iltutmush memiliki putra mahkota bernama Ruknuddin Firuz (1236 M).
Namun, kompetensi dan kualitas Ruknuddin sebagai putra mahkota dinilai sang ayah tak mumpuni untuk melanjutkan kekuasaan. Sultan Iltutmush sudah mulai mengasah bakat kepemimpinan Putri Razia sejak dirinya masih hidup. Ketika Iltutmush meninggalkan ibu kota pemerintahan untuk sebuah perjalanan, Putri Razia diminta mengambil alih tanggung jawab kekuasaan untuk sementara.
Sesaat sebelum meninggal, sang ayah berwasiat agar tahta kesultanan digantikan putrinya. Wasiat itu dilanggar Ruknuddin. Saudara lelaki Putri Razia ini langsung mengambilalih kekuasaan ketika Sultan Iltutmush tutup usia pada 29 April 1236 M. Namun, tampilnya Ruk nuddin menuai penolakan dari rakyat Delhi. Mereka menginginkan agar Putri Razia yang menjadi pemimpin mereka.
Kekuasaan Ruknuddin yang tanpa restu itu hanya bertahan selama tujuh bulan. Putri Razia dengan dukungan penuh rakyat Delhi akhirnya mampu me rebut tahta kesultanan, setelah mengalahkan saudaranya dalam sebuah perang saudara. Rakyat Delhi pun dengan penuh suka cita menyambut tampilnya seorang sultana.
Razia Sultana naik tahta pada tahun 1236 M. Razia Sultana pun membuat gebrakan dengan sistem pemerintahannya yang efisien. Salah satu pencapaian sang Sultana adalah berhasil menyelesaikan pembuatan hukum dan aturan di wilayah kekuasaannya. Pembangunan di wilayah Kesultanan Delhi pun menggeliat. Ia memperbaiki beragam infrastruktur di negeri yang dipimpinnya. Ia membangun jalan untuk sarana transportasi. Selain itu, penggalian sumur-sumur dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih rakyat Delhi.
Pembangunan berbagai infrastruktur itu pun membuat roda perekonomian dan perdagangan mulai berputar. Razia Sultana pun memiliki kepedulian untuk mencerdaskan rakyatnya. Hal itu dibuktikan dengan dibangunnya berbagai sekolah dan perpustakaan. Perkembangan kesenian dan kebudayaan juga disokongnya. Bahkan, Razia Sultana pun turut berkontribusi mendukung aktivitas para penyair, pelukis, dan musisi. Saat itu, Kesultanan Delhi menorehkan kemajuan yang terbilang pesat.
Semua itu berkat kepemimpinan Razia Sultana yang begitu kuat. Razia Sultana yang kerap turun memimpin pasukannya di medan perang selalu mengenakan busana yang maskulin.