BWI: Potensi Wakaf Produktif dari Kampus di Semarang Cukup Besar
BWI dorong literasi wakaf produktif.
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Badan Wakaf Indonesia (BWI) dorong literasi wakaf produktif di sejumlah kampus yang ada di Kota Semarang. Hal ini dilakukan agar warga kampus yang didominasi kaum milenial kian memahami dan gemar berwakaf demi kemaslahatan di lingkungan kampus Mereka.
Tercatat ada limaperguruan tinggi di ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang menjadi sasaran literasi wakaf kali ini. Masing- masing Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) serta Universitas IKIP Veteran (Unisvet) Semarang.
Ketua BWI, Prof Dr Muhammad Nuh DEA menyampaikan sejumlah alasan mengapa BWI melaksanakan literasi di kampus. Karena kampus merupakan tempatnya masyarakat (generasi bangsa) yang terdidik dan merupakan ekosistem kelompok menengah yang memiliki daya beli cukup.
Selain itu, kampus merupakan lingkungan populasi anak muda (usia produktif) dengan jumlah yang sangat banyak yang tingkat kesadaran beragamanya juga semakin tinggi dan menguasai urusan teknologi.
“Yang cukup strategis, para mahasiswa (kaum milenial) mempunyai kewajiban untuk menjaga keberlangsungan bangsa,” ungkapnya, dalam kegiatan BWI Wakaf Goes to Campus ke-XII yang dilaksanakan di gedung Prof Sudharto, kompleks kampus Undip, Tembalang, Kota Semarang, Selasa (20/12/2022).
Oleh karena itu, lanjut Muhammad Nuh, linier dengan penguatan literasi wakaf ini, BWI juga mendorong hadirnya lembaga pengelola wakaf di masing- masing kampus. Sebab wakaf produkif di kampus dapat digunakan untuk beasiswa bagi mahasiswa maupun pembangunan fasilitas pendidikan di kampus.
Mantan Rektor Institut Teknologi Surabaya (ITS) ini menambahkan, BWI ingin di dunia pendidikan tinggi ada gerakan baru yang menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan ini melalui harta wakaf, harta shadaqah jariyah yang akan semkin memperkuat dunia akademik di Undip dan empat kampus lainnya.
Karena tidak hanya menggantunkan dana dari Pemerintah, namun juga dana dari masyarakat berbasis keagamaan yang dikemas dam dana abadi (endowment fund). Kalau dana abadi sudah terkumpul, maka salah satu instrumen yang dijamin risikonya kecil adalah dengan membeli sukuk/ Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dijamin negara.
Jika gerakan cinta dan sadar wakaf ini berkembang di kampus- kampus yang ada di negeri ini, maka potensi kemandirian kampus akan dapat dicapai dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045 nanti. “Karena potensi wakaf dari kampus sangat luar biasa, ada Undip, nanti juga Unnes, Unwahas, UIN Walisongo, Univet dan yang lain,” lanjut Muhammad Nuh.
Ia mencontohkan, ITS saat ini sudah berwakaf Rp 50 miliar, Institut Pertanian Bogor (IPB) sudah berwakaf Rp 200 miliar dan masih akan ada lagi di kampus- kampus lain yang ada di Tanah Air ini. Uangnya kembali lagi ke kampus masing- masing apakah untuk beasiswa atau membangun fasilitas pendukung pendidikan dan lainnya.
Untuk pengawasannya, seperti di ITS ada Dewan Pengawas Syariah dan di masing- masing kampus juga ada komite auditnya yang akan mengawasi. “Sehingga, Insya Allah uang (dana abadi) ini aman lah,” tandasnya.
Hal ini diamini oleh Wakil Rektor Undip Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Faisal SE MSi PhD. Menurutnya, jumlah mahasiswa Undip yang mencapai 67 ribu sangat potensial untuk mendukung gerakan yang diinisiasi oleh BWI.
Menurutnya, gerakan yang kini didorong oleh BWI ini juga sesuai dengan misi Undip Sebagai kampus yang berkelanjutan. Sehingga apa yang sedang digalakkan oleh BWI akan sangat membantu dalam mewujudkan misi tersebut.
Ia juga mengakui, Undip juga sudah menyiapkan dana abadi dan saat ini masih terus menyusun peraturan dan instrumennya. “Insya Allah, BWI akan menjadi salah satu pilihan instrument bagi Undip untuk menempatkan dana abadi tersebut. Kami komitmen untuk mendukung BWI,” tembahnya.