Alami Long Covid, Ibu Asal Inggris Seperti Kena Strok, tak Bisa Lagi Hidup Mandiri
Long Covid membuat seorang ibu di Inggris kesulitan bahkan untuk memakai baju.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak orang hanya mengalami gejala ringan dan pulih lebih cepat ketika kena Covid-19. Di sisi lain, ada juga yang mengalami efek samping serius bahkan setelah dinyatakan bebas dari Covid-19.
Menurut layanan kesehatan nasional (NHS) di Inggris, mayoritas orang yang terjangkit Covid-19 merasa lebih baik dalam beberapa pekan dan pulih sepenuhnya dalam 12 pekan. Tetapi jika gejalanya masih berlanjut, kemungkinan Anda mengalami sindrom pasca-Covid atau lebih dikenal sebagai long Covid.
Salah seorang yang masih berurusan dengan long Covid adalah Lynne Woodhouse (57 tahun). Ketika pertama kali terkena Covid, karyawan supermarket itu awalnya mengalami batuk ringan dan sakit tenggorokan.
"Aku biasanya tidak merasa kedinginan, tetapi saat itu aku merasa aku harus memakai jaket dan seorang rekan kerja bercanda 'ya ampun kamu pasti sakit'. Aku menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ringan, jadi aku pikir itu pasti ada hubungannya dengan itu," kata Lynne, seperti dilansir laman Express, Selasa (20/12/2022).
Beberapa hari kemudian, Lynne mengalami sakit kepala dan menggigil hebat disertai muntah serta diare. Tetapi, dia tidak tahu seberapa cepat dia akan memburuk dengan Covid-19.
Setelah tidak mendengar kabar dari Lynne, putranya, Matthew, yang tinggal di Wales, memanggil anggota keluarga karena khawatir. Mereka datang ke rumah Lynne dan melihat kondisinya cukup parah.
Lynne mengigau dan tidak bisa beranjak dari kamar tidurnya. Matthew pun menghubungi ambulans dan Lynne dilarikan ke rumah sakit.
Lynne akhirnya menghabiskan enam pekan dirawat oleh staf dari Nottingham University Hospital, termasuk di Queen's Medical Centre dalam keadaan koma yang diinduksi. Setelah keluar dari koma, Lynne dipindahkan ke Nottingham City Hospital untuk memulai proses rehabilitasi.
Merasa baru sekitar 50 persen lebih baik sejak didiagnosis Covid-19, Lynne kini masih berjuang ketika akan mengenakan atasan lengan panjang karena kurangnya mobilitas lengannya, mengalami insomnia, dan menderita stres.
"Aku juga mengalami serangan panik di dokter gigi. Ketika mereka bekerja di mulutku, aku tidak bisa menelan dan bernapas dan aku mendongak untuk melihat staf dengan alat pelindung diri lengkap, yang membuat ingatan saat dirawat kembali," kata Lynne.
Sekembalinya ke rumah, Lynne membutuhkan oksigen dari mesin portabel. Putranya juga harus tinggal bersamanya untuk membantu Lynne menjalani kehidupan sehari-hari.
"Aku jadi seperti orang dengan penyakit paru berat atau mengalami strok," kata Lynne.
"Karena aku telah hidup sendiri selama 20 tahun dan melakukan segalanya sendiri, rasanya seperti aku benar-benar kehilangan kemandirianku, itu membuatku kesal," ujar Lynne.