Waspadai Kelelahan dan Kelalaian Serta Cuaca Saat Liburan Nataru
Faktor manusia dan cuaca patut diwaspadai saat liburan Nataru.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengingatkan kepada pengguna atau pengendara dan pihak yang berwenang dalam mengawasi kesehatan arus perjalanan selama libur Natal dan Tahun baru kali ini, untuk mewaspadai faktor manusia dan cuaca.
Faktor manusia yang ia maksud adalah kelelahan dan kelalaian, terutama saat kondisi capek atau fisik kendaraan yang tidak laik jalan, sedangkan faktor cuaca adalah kondisi hujan, angin kencang dan gelombang tinggi.
Ada dua faktor yang meningkatkan potensi kecelakaan saat libur Natal dan Tahun Baru. Kondisi cuaca yang kurang baik dapat menjadi salah satu penyebab kecelakaan, intensitas hujan yang cukup tinggi pada Desember. Kemudian kelalaian mempersiapkan kendaraan dan fisik pengendara atau kelelahan," kata Djoko, Rabu (21/12/2022).
Pengajar Teknik Sipil di Unika Soegijapranata ini mengatakan antisipasi kecelakaan dicegah sedini mungkin, baik transportasi darat, transportasi perairan dan udara. Curah hujan yang cukup tinggi membahayakan kendaraan di jalan yang licin, longsor pada bagian tebing, dan lain sebagainya. Begitu juga transportasi perairan dengan gelombang tinggi dan angkutan udara dengan angin yang kencang.
Untuk transportasi laut dan udara, jelas Djoko, cuaca yang kurang mendukung akan sangat membahayakan, apalagi seperti kapal yang melebih kapasitas. Maka ia menekankan pengawasan akan manifest penumpang diperlukan. Dan melihat perkiraan cuaca menjadi perhatian penting selama perjalanan kapal dan pesawat.
Kemudian berdasarkan kajian KNKT, kecelakaan di Tol Cipali terkait dengan kelelahan dan gap kecepatan antara mobil dan truk. "Silakan beristirahat jika lelah dan jaga batas kecepatan kendaraan. Masyarakat diimbau patuh pada aturan lalu lintas dan mengikuti petunjuk petugas di jalan," terangnya.
Dan juga pengendara harus mempersiapkan kendaraan dan fisik harus diperhatikan, untuk mampu menguasai kendaraan serta situasi jalan yang akan dilewati. Bagi pengguna bus pariwisata, penumpang bisa melihat kondisi teknis kendaraan dan kemampuan pengemudinya.
Karena moda transportasi seperti bus wisata, menurut Djoko, paling rentan terjadi kecelakaan, sehingga perlu selalu diuji kelaikan jalannya. Dan yang tidak kalah pentingnya, kata dia, faktor manusia. Ini yang mendominasi perilaku tidak tertib, kemudian lengah dan melewati batas kecepatan.
"Jangan sampai sopir menyetir dengan buru-buru, agar cepat sampai tujuan sehingga mengebut dan mengabaikan faktor keselamatan penumpang," jelasnya.
Untuk bus wisata disarankan menggunakan dua pengemudi meskipun hanya satu hari perjalanan wisata. Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan harus melakukan _ramp check_ atau inspeksi keselamatan pada bus pariwisata. Jika ditemukan salah satu dari seluruh elemen tidak dipenuhi, lebih baik bus pariwisata tersebut tidak dijalankan.
"Kelelahan itu membuat proses mengemudi lebih berisiko. Jika pengemudi sudah merasa lelah, seharusnya segera beristirahat di rest area," imbuhnya.
Meskipun mobilitas masyarakat saat Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 diperkirakan tidak setinggi Lebaran, Djoko mengimbau alangkah baiknya seluruh moda transportasi melakukan inspeksi keselamatan. Terlebih di musim penghujan, dan juga pengemudi diharapkan jaga kesehatan dan tetap melakukan uji kelaikan jalan kendaraan.
Sebelumnya survei Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan menunjukkan, potensi pergerakan Nasional pada Nataru 2022/2023 adalah 16,35 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 44,17 juta orang. Pergerakan pada masa Nataru kali ini diperkirakan akan didominasi oleh kendaraan pribadi yaitu mobil pribadi (28,26 persen) dan sepeda motor (16,47 persen).
Penggunaan moda terbanyak masih menggunakan angkutan jalan total sekitar 67,95 persen. Pengguna angkutan umum kereta api 13,42 persen; Bus 11,90 persen; pesawat 11,02 persen; kapal penyeberangan 4,49 persen; kapal laut 2,04 persen.