BPBD Samarinda Ingatkan Warga Waspada Tanah Longsor
IHRAM.CO.ID, SAMARINDA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, Kalimantan Timur mengingatkan warga, terutama yang tinggal di perbukitan dan lereng bukit, untuk berhati-hati terhadap kemungkinan bencana tanah longsor.
"Dari 10 kecamatan di Samarinda, rata-rata memiliki risiko tanah longsor, kecuali di Kecamatan Samarinda Kota yang risikonya kecil karena di kawasan ini nyaris tidak ada perbukitan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Samarinda Suwarso, Rabu (21/12/2022).
Sembilan kecamatan berisiko terjadi tanah longsor karena kawasannya berbukit, sementara jenis tanah di Samarinda adalah tanah lempung yang mudah ambrol. Suwarso menyarankan siapapun yang tinggal di lereng bukit untuk selalu waspada, apalagi ketika terjadi hujan.
Tahun ini, ia juga telah memasang sejumlah rambu rawan longsor di kawasan rawan longsor sedang sampai tinggi. Rambu ini diharapkan bisa mengingatkan warga untuk selalu berhati-hati.
Memang, belum semua kawasan rawan longsor yang dipasangi rambu tersebut karena keterbatasan anggaran sehingga yang dipasang adalah kawasan berisiko longsor kategori tinggi. Namun, BPBD Samarinda telah menganggarkan untuk pemasangan rambu rawan longsor tahun depan.
Dalam mitigasi bencana, ia juga telah menggandeng Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV Samarinda, yakni untuk pemasangan rambu pada kawasan rawan banjir di sejumlah lokasi di Samarinda, terutama pada daerah aliran sungai (DAS) baik Sungai Mahakam, Sungai Karang Mumus, dan lainnya.
"Ada 13 rambu peringatan banjir pada 13 titik rawan yang kami pasang atas kerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV. Dari peringatan ini kami harapkan dapat meminimalisasi risiko bencana banjir terhadap masyarakat," kata Suwarso.
Mitigasi bencana lainnya yang telah dilakukan antara lain melakukan pelatihan kebencanaan dan simulasi sehingga mereka yang berada di lokasi rawan bencana sudah tangguh dan paham apa yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
"Untuk pelatihan kebencanaan, banyak unsur yang kami libatkan, terutama para relawan, sedangkan untuk simulasi bencana, sasarannya adalah warga yang tinggal kawasan rawan bencana dan para pelajar mulai TK hingga SMA," ujar Suwarso.