Barat Minta Serbia dan Kosovo Tahan Diri

AS, NATO dan Uni Eropa mendesak Serbia dan Kosovo meredakan ketegangan

Serbian Defense Ministry Press Service via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Serbia ini, howitzer meriam self-propelled 155 mm tentara Serbia terlihat pada posisi dekat garis administratif dengan Kosovo, Serbia selatan, Senin, 26 Desember 2022. Kosovo tetap menjadi titik api potensial di wilayah tersebut. Balkan bertahun-tahun setelah perang 1998-99 yang berakhir dengan intervensi NATO. Serbia tidak mengakui deklarasi kemerdekaan bekas provinsinya pada 2008, sementara upaya Barat untuk menengahi solusi sejauh ini gagal.
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MITROVICA -- Amerika Serikat (AS), Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa mendesak Serbia dan Kosovo menahan diri untuk meredakan ketegangan di perbatasan. Pihak berwenang menutup perbatasan ketiga antara kedua negara.

Ketegangan antara pemerintah dengan warga etnis Serbia di utara Kosovo soal kemerdekaan tahun 2008 semakin memanas. Selama 20 tahun Kosovo menjadi sumber ketegangan antara Barat yang mendukung kemerdekaannya dengan Rusia yang mendukung Serbia.

Moskow mendukung Serbia dalam menghalangi Kosovo bergabung dengan organisasi internasional termasuk PBB.

"Kami mendesak semua pihak menahan diri semaksimal mungkin, untuk mengambil tindakan tanpa syarat dalam menurunkan ketegangan, dan menahan diri dari provokasi, ancaman dan intimidasi," kata Uni Eropa dan AS dalam pernyataan bersama, Rabu (28/12/2022).

Misi NATO di Kosovo, KFOR, mengatakan mereka mendukung semua pihak berdialog untuk menurunkan ketegangan. Termasuk tindakan etnis Serbia menghalangi jalan besar dengan truk dan kendaraan besar lainnya dan bentrok dengan polisi.

Sementara Serbia mensiagakan tentaranya ke tingkat tertinggi. Kremlin membantah klaim Kosovo bahwa mereka mempengaruhi Serbia merusak stabilitas Kosovo. Rusia mengatakan Serbia membela hak-hak etnis Serbia.

Mantan petugas polisi Kosovo yang beretnis Serbia dibebaskan dari tahanan setelah dituduh menghasut unjuk rasa dengan kekerasan. Juru bicara Pengadilan  Pristina Basic mengatakan sesuai permintaan kejaksaaan mantan polisi menjadi tahanan rumah.

Dejan Pantic ditahan pada 10 Desember karena menyerang petugas polisi. Sejak itu warga etnis Serbia di utara Kosovo baku tembak dengan polisi dan menghalangi lebih dari 10 jalan besar.

Warga etnis Serbia meminta Pantic dibebaskan. Keputusan pengadilan membuat pemerintah Kosovo geram termasuk Perdana Menteri Albin Kurti dan Menteri Kehakiman Albulena Haxhiu.

"Saya tidak tahu bagaimana cara memahaminya dan bagaimana mungkin seseorang yang mendapat tuduhan kejahatan serius berkaitan dengan terorisme dapat menjadi tahanann rumah," kata Haxhiu.

"Saya sangat penasaran untuk mengetahui siapa jaksa yang mengajukan permintaan ini, siapa hak pra prosedur yang menyetujuinya," kata Kurti.

Pantic salah satu dari banyak etnis Serbia yang keluar dari kepolisian dan institusi lainnya setelah Pristina mengatakan akan mewajibkan etnis Serbia membuat plat nomor yang dikeluarkan sebelum pemberontakan kemerdekaan Kosovo.

Seorang pejabat Serbia mengatakan setelah Pantic dibebaskan Presiden Serbia Aleksandar Vucic meminta etnis Serbia di Kosovo mengakhiri protesnya terhadap pemerintah Pristina. Ia memastikan mereka akan kebal pada presekusi.

Kepala pemerintah Serbia di Kosovo Petar Petkovic mengatakan Vucic dan orang Serbia di utara Kosovo akan bertemu. Lalu akan diumumkan apakah barikade di jalan-jalan akan disingkirkan. Etnis Serbia di Kosovo masih percaya mereka bagian dari Serbia, melawan setiap langkah yang dianggap anti-Serbia.


Baca Juga


Perbatasan antara Serbia dan Kosovo ditutup pada 10 Desember. Jalan ketiga, Merdere, ditutup pada Rabu kemarin. Sehingga mengganggu perjalanan warga Kosovo yang bekerja di tempat lain di Eropa yang pulang untuk liburan.

Menteri Dalam Negeri Kosovo Xhelal Svecla mengatakan Serbia ingin merusak stabilitas di Kosovo. Serbia mengatakan mereka hanya ingin melindungi minoritas di negara itu.

Sekitar 50 ribu etnis Serbia tinggal di utara Kosovo menolak mengakui pemerintah Pristina atau status kemerdekaan Kosovo. Mereka mendapat dukungan dari banyak warga dan pemerintah Serbia.

Kosovo yang mayoritas etnis Albania mendeklarasikan kemerdekaan yang didukung Barat dalam perang 1998-1998.  NATO melakukan intervensi untuk melindungi etnis Albania.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler