Ilmu dan Amal
IHRAM.CO.ID,Oleh: Yadi Saeful Hidayat
Dalam Alquran, Allah SWT menyinggung kebaikan sebagai sebuah kesadaran yang lahir dari jiwa yang terdalam. Bukan formalitas atau ilmu yang tak membuahkan amal.
‘’Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang memintaminta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.’‘ (QS Albaqarah [2]: 177).
Ajaran Islam tak akan sempurna tanpa pengamalan. Karena itu, Rasulullah SAW tidak pernah menyuruh para sahabatnya dengan suatu perkara tanpa beliau terlebih dahulu melakukannya. Inilah yang diisyaratkan Alquran bahwa teladan yang baik (uswah hasanah) bisa dilihat pada pribadi Rasulullah SAW, karena senantiasa mengamalkan ilmu yang dimiliki sebelum mengajarkannya kepada orang lain. Ilmu dibangun di atas landasan amal dan amal dikerjakan dengan basis ilmu yang mapan.
Umar ibn Khathab RA bila hendak memutuskan suatu perkara, terlebih dahulu ia mendatangi keluarga dan kerabatnya, lalu berkata, ‘’Terlintas dalam pikiranku untuk memutuskan suatu perkara penting menyangkut agama ini. Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika kalian berani menentangku, akan kujadikan kalian sebagai peringatan bagi kaum Muslim.’‘ Agama adalah kata-kata yang diucapkan dan tindakan yang dilakukan. Jika kata-kata terpisah dari tindakan, dakwah akan rusak. Amal tanpa ilmu akan buta, dan ilmu tanpa amal akan pincang.
Islam sebelum tersebar dengan manhaj ‘ilmi-nya, terlebih dahulu tersebar dengan man haj sul’ki. ‘’Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri’?’‘ (QS Fushshilat [41]: 33). Syarat pertama dari kebaikan adalah menyeru manusia kepada Allah SWT (dakwah). Sedangkan syarat kedua adalah amal saleh. Kutipan ayat di atas ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri,’ pada dasarnya bukan menonjolkan keutamaan diri, tapi keutamaan Islam.