Sistem Penulisan Bagi Tunanetra Karya Al-Amidi tidak Diakui
IHRAM.CO.ID,Sejarah Barat mencatat, sistem Braille pada mulanya dikembangkan Charles Barbier sebagai metode komunikasi. Adalah Kaisar Napoleon Bonaparte yang memerintahkan Barbier untuk membuat kode bagi para serdadunya untuk berkomunikasi dalam keadaan gelap gulita yang disebut tulisan malam. Namun, sistem yang dikembangkan Barbier itu terlalu kompleks untuk dipelajari tentara.
Sistem tulisan yang dikembangkan Barbier pun akhirnya ditolak militer. Hingga akhirnya pada 1824, Napoleon berkunjung ke Institut Nasional bagi orang tunanetra di Paris, Prancis, dan bertemu dengan Louis Braille. Lalu, Braille diminta untuk memodifikasi serta merancang sistem tulisan malam yang baru.
Ia lalu memodifikasi tulisan yang dibuat Barbier dengan menggunakan sistem sel yang terdiri atas enam titik. Dunia modern pun menganggap sistem tulisan Braille telah melahirkan semacam revolusi komunikasi bagi kalangan tunanetra.
Kesadaran untuk menghidupkan kembali sejarah hidup dan kontribusi Al-Amidi mulai muncul di Arab Saudi pada 1975 serta 1981 dan di Mesir pada 1961. Sejak tanggal 31 Maret 1975 dirayakan sebagai hari tunanetra dan pada 1981 dideklarasikan sebagai tahun internasional orang-orang cacat.
Tak jelas apa yang menyebabkan para sejarawan Muslim tak mencatat keberhasilan Al-Amidi yang begitu fenomenal. Boleh jadi, sistem tulisan yang dikembangkan Al-Amidi untuk kaum tunanetra serta tulisan tentang sejarah hidupnya musnah dalam huru-hara yang melanda wilayah Irak. Apalagi, Al-Amidi menetap di wilayah itu.
Pada 9 Juli 1401 M, Kota Baghdad dan wilayah Irak lainnya dihancurkan oleh pasukan Timur Lenk--penguasa Dinasti Timurid yang berpusat di Asia Tengah. Selain menghancurkan bangunan serta gedung-gedung penting, aksi invansi Timur Lenk yang masih keturunan Hulagu Khan itu juga menimbulkan korban jiwa belasan ribu jiwa.
Serangan Timur Lenk ke Baghdad merupakan invansi kedua yang dilakukan bangsa Mongol. Sebelumnya, pada 1258 M, Baghdad diluluhlantakan tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan. Bait Al-Hikmah yang menyimpan jutaan judul buku dibakar. Bahkan, sungai-sungai pun berubah warnanya menjadi hitam, akibat tinta yang meleleh dari buku yang dibuang ke sungai.
Peradaban Islam modern tentunya memiliki tugas penting untuk melacak jejak karya dan sejarah hidup Al-Amidi. Bisa jadi pula, risalah tentang sejarah Al-Amidi digondol peradaban Eropa ketika menjajah negara-negara Muslim di Timur Tengah. Pun Sangat mungkin, berkat karya Al-Amidi-lah Braille terinspirasi untuk menciptakan tulisan bagi tunanetra.