Orang Tua Harus Waspada, Screen Time pada Praremaja Bisa Sebabkan OCD

'Screen time' bisa mengembangkan gangguan obsesif kompulsif (OCD) pada praremaja.

Pixabay
'Screen time' bisa mengembangkan gangguan obsesif kompulsif (OCD) pada praremaja.
Rep: Desy Susilawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi menemukan screen time atau waktu layar berhubungan dengan diagnosis gangguan obsesif kompulsif (OCD) pada anak-anak. Setiap jam yang dihabiskan praremaja untuk bermain video game setiap hari dikaitkan dengan peningkatan 13 persen kemungkinan mengembangkan OCD selama periode dua tahun.

Baca Juga


Selain itu, setiap jam yang dihabiskan praremaja untuk menonton video per hari dikaitkan dengan peningkatan 11 persen mengembangkan gangguan tersebut. Hal ini berdasarkan penelitian yang diterbitkan 12 Desember di Journal of Adolescent Health.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of California San Francisco (UCSF), melibatkan 9.204 anak berusia 9 hingga 10 tahun. Peserta ditanya tentang berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk perangkat dengan layar.

Rata-rata mereka menghabiskan 3,9 jam per hari. Dua tahun kemudian, pada tahun 2021, kelompok tersebut dievaluasi ulang untuk gejala dan diagnosis OCD. Menurut International OCD Foundation, OCD ditandai dengan pola obsesi dan kompulsi yang sering terjadi dan menyebabkan kesusahan.

“Anak-anak yang menghabiskan waktu berlebihan bermain video game melaporkan merasa perlu untuk bermain lebih banyak dan tidak dapat berhenti meski sudah mencoba,” ujar Jason Nagata, MD, penulis utama studi tersebut seperti dilansir dari laman Union Leader, Sabtu (31/12/2022).

Pikiran mengganggu tentang konten video game dapat berkembang menjadi obsesi atau kompulsi. Sementara itu, menurut peneliti penggunaan media sosial, SMS, dan obrolan video tidak terkait dengan OCD, meski hasilnya bisa berbeda untuk remaja yang lebih tua. Waktu layar yang terkait dengan pendidikan tidak termasuk dalam penelitian ini.

“Meskipun waktu layar dapat memiliki manfaat penting seperti pendidikan dan peningkatan sosialisasi, orang tua harus mewaspadai potensi risikonya, terutama terhadap kesehatan mental,” ujad Nagata.

Keluarga dapat mengembangkan rencana penggunaan media yang dapat mencakup waktu bebas layar termasuk sebelum tidur. Waktu layar harian untuk anak-anak telah meningkat setidaknya sejak 2011.

“Penggunaan media seluler harian di kalangan anak di bawah delapan tahun hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2011,” tulis laporan tersebut pada tahun 2017.

Baru-baru ini, waktu layar rekreasi anak-anak berlipat ganda selama pandemi, menurut penelitian sebelumnya dari UCSF. Waktu layar yang berlebihan di kalangan remaja telah dikaitkan dengan kesehatan mental yang buruk, kualitas tidur yang buruk, dan obesitas, di antara masalah lainnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler