Prancis Lakukan Uji Covid Secara Acak terhadap Pelancong Asal China

Prancis menyusul Italia, Inggris, dan AS yang telah lebih dulu terapkan tes Covid.

AP Photo/Aurelien Morissard
Seorang penumpang yang datang dari China meninggalkan area pengujian COVID-19 yang ditetapkan di bandara Roissy Charles de Gaulle, utara Paris, Minggu, 1 Januari 2023. Prancis mengatakan akan mewajibkan tes COVID-19 negatif untuk semua penumpang yang datang dari China dan mendesak warga Prancis untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke China.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis telah menerapkan pengujian Covid-19 secara acak terhadap pelancong asal China. Prancis menyusul Italia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) yang telah terlebih dulu menerapkan kebijakan demikian sejak kasus Covid-19 kembali melonjak di Negeri Tirai Bambu.

Baca Juga


Menteri Kesehatan Prancis Francois Braun mengungkapkan, pengujian terhadap pelancong dari China bertujuan melacak potensi varian Covid-19. "Kontrol saat kedatangan ini bukan kontrol untuk mencegah warga memasuki wilayah kami, tetapi kontrol yang lebih ilmiah yang memungkinkan kami dengan sangat tepat memeriksa varian (Covid-19) yang berbeda. Ini pada dasarnya adalah varian Omicron yang saat ini ada di China," kata Braun di bandara Charles de Gaulle di utara Paris, dikutip laman TRT World, Ahad (1/1/2023).

Menurut Braun, nantinya akan ada di diskusi di tingkat Eropa untuk menyelaraskan model pengujian tersebut. Mulai Ahad, pelancong asal China yang memasuki Prancis harus mengenakan masker. Otoritas Prancis pun akan melakukan pengujian secara acak dari mereka yang tiba. Mulai Kamis (5/1/2023) mendatang, Prancis mewajibkan pelancong dari China menunjukkan hasil tes PCR atau antigen negatif Covid-19.

Pada Ahad lalu, Australia pun mengumumkan bahwa mereka akan meminta hasil tes negatif Covid-19 dari pelancong asal Negeri Tirai Bambu. Peraturan itu bakal mulai diterapkan pada Kamis mendatang. “Langkah ini sebagai tanggapan terhadap gelombang infeksi Covid-19 yang signifikan di China dan potensi munculnya varian virus di negara tersebut,” kata Menteri Kesehatan Australia Mark Butler. 

 

Meski terdapat kekhawatiran tentang masuknya varian baru Covid-19 ke Australia, Butler tetap percaya pada sistem dan fasilitas perawatan di negaranya. “Untungnya, di Australia kami memiliki akses yang mudah ke vaksin dan perawatan, dan kekebalan populasi yang mendasarinya tinggi,” ujar Butler.

Presiden China Xi Jinping telah menyerukan persatuan di negaranya untuk menghadapi gelombang baru infeksi Covid-19. Sejak China melonggarkan kebijakan nol-Covid, negara tersebut mengalami lonjakan kasus Covid-19.

Dalam pidato Tahun Baru yang disiarkan di televisi pada Sabtu (31/12/2022) lalu, Xi mengatakan, China telah mengatasi kesulitan dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam memerangi pandemi Covid-19. “Sejak merebaknya epidemi, mayoritas kader serta massa, terutama tenaga medis, pekerja akar rumput, menghadapi kesulitan dan dengan berani bertahan,” ucapnya.

Dia pun memperingatkan tentang bahwa upaya pengendalian Covid-19 memasuki fase baru. “Saat ini pencegahan dan pengendalian wabah memasuki babak baru, masih masa perjuangan, semua orang gigih serta bekerja keras, dan fajar sudah di depan mata. Mari bekerja lebih keras, ketekunan berarti kemenangan, dan persatuan berarti kemenangan,” ujar Xi.

Sejak kebijakan nol-Covid dilonggarkan awal Desember lalu, China menghadapi lonjakan infeksi Covid-19. Fasilitas kesehatan dan medis di sejumlah wilayah di sana dilaporkan mulai kewalahan menangani gelombang pasien. Namun belum benar-benar diketahui apakah peningkatan kasus baru Covid-19 benar-benar terjadi di China. Hal itu karena Cina telah memutuskan untuk berhenti menerbitkan data harian tentang penularan Covid-19 di sana. 

 

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler